Sabtu, 25 September 2021

Pelajaran Disiplin Waktu dari Prof Sahetapy

Di masa pandemi ini kita kehilangan banyak tokoh besar. Terakhir Prof JE Sahetapy. Guru besar emeritus FH Univeritas Airlangga itu berpulang dalam usia 88 tahun.

Prof Sahetapy lahir di Saparua, Maluku Tengah pada 6 Juni 1933. Kiprahnya sebagai akademisi hukum berlangsung selama puluhan tahun. Sahetapy juga salah satu dari sedikit pakar hukum kita yang fasih berbahasa Belanda.

Karena itu, Sahetapy yang paling getol menjelaskan latar belakang dan makna pasal dan ayat-ayat di KUHP, KUH Perdata, serta literatur-literatur hukum lain yang memang banyak merujuk ke Negeri Belanda.

Sahetapy bukan saja galak di luar tapi juga dalam gereja. Kritikannya sangat tajam dengan pelesetan yang khas. "Kalian ini selalu teriak Haleluya, Haleluya, Haleluya... tapi keluar dari gereja Hale Lupa," begitu ucapan khas Sahetapy di depan mahasiswa Kristen di mana-mana.

Kisruh HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) pun tak lepas dari sorotan Sahetapy. Ia menyebut Gereja HKBP sebagai Hancur Karena Bapak Pendeta.

Mahasiswa, aktivis GMKI, jemaat biasanya tertawa dan keplak-keplok. Tapi pendeta-pendeta (juga rama-rama) sering kebakaran jenggot karena disikat Sahetapy. Mendiang ini ibarat pendeta yang pintar menemukan ayat-ayat Alkitab untuk membantah argumentasi pendeta-pendeta tertentu yang dianggap keliru menafsirkan ayat suci.

"Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu, aku menjadi musuhmu?"

Galatia 4:16 ini selalu dikutip Prof Sahetapy dalam ceramah-ceramahnya di komunitas kristiani. Kebenaran meski pahit harus disampaikan. Apa pun risikonya.

Saya sendiri senang mendengar kritik-kritik Sahatepy kepada pemerintah dan para pemimpin gereja. Plong karena unek-unek kita diwakili beliau. Tidak banyak orang yang berani menghajar penguasa dengan kata-kata yang keras dan kasar.

Sebagai akademisi Hollands Spreiken, Sahetapy dikenal sangat disiplin. Khususnya disiplin waktu. Janjian jam sekian harus ditaati. Terlambat sedikit saja habislah kau.

Itu yang pernah saya alami di awal reformasi. Saya janjian wawancara one-on-one di rumahnya tanggal sekian jam sekian. Prof Sahetapy sudah menunggu. Sayang, saya terlambat karena ada gangguan kendaraan. Terlambat tidak sampai 10 menit.

Saya pencet bel. Prof Sahetapy keluar. Wajahnya tegang. "Selamat sore, Prof. Maaf, saya terlambat," kataku sambil tersenyum.

Pak Sahetapy langsung nyemprot. "Anda ini paham disiplin atau tidak? Sekarang jam berapa? Anda janjian jam berapa? Silakan Anda pulang saja karena Anda ini sulit dipercaya!"

Apa boleh buat. Saya pun pamit pulang. Tak ada wawancara. Jantungku berdegup kencang. Baru kali ini saya dapat pelajaran mahal tentang disiplin waktu dari seorang profesor sekaliber JE Sahetapy.

Sekitar dua minggu kemudian ada seminar penting di Surabaya. Salah satu pembicaranya Prof Sahetapy. Saat sesi wawancara, para wartawan mengerubuti beliau. Rupanya Sahetapy masih ingat betul keterlambatan saya tempo hari.

"Kalian jangan tiru anak dari Flores itu. Anaknya tidak disiplin. Sudah janjian wawancara jam sekian tapi tidak ditepati," ujar Sahetapy.

Mati aku!
Malu aku!
Kapok aku!

Tapi saya tidak marah, malah senyum. Teman-teman wartawan yang ketawa melihat aku dikerjain Prof Sahetapy.

Sejak korsleiteng dengan Prof Sahetapy itu saya benar-benar belajar disiplin. Kalau janjian dengan siapa saja, saya biasanya datang 30 menit lebih awal. Paling sial 10 menit lah.

Sayang, tidak semua orang Indonesia punya prinsip dan disiplin keras macam Prof Sahetapy. Kita orang sudah disiplin, eh, narasumbernya malah bisa molor satu jam, bahkan dua jam. Mati aku!

Selamat jalan, Prof Sahetapy!

6 komentar:

  1. Membaca artikel diatas, saya jadi teringat kepada tiga orang yang telah mendahului diriku, yaitu Benito Juarez, engkoh-ku dan adik-ku.
    Tepat waktu dan tepat janji adalah " tanda hormat kepada orang lain ".
    Prof Sahetapy bukan saja usia-nya sama dengan engkoh-ku, tetapi keras kepala-nya juga sama. Mau benar sendiri terus. Tidak mau dengar argumen orang lain.
    Orang telat bisa saja terjadi karena "keadaan diluar kemauan"= Force Majeure.
    Adik-ku waktu sekolah numpang di rumah engkoh. Suatu hari, adik-ku nongkrong di rumah, tidak ke universitas. Engkoh marah2, memaki adik-nya membolos, malas dan segala macam kecaman.
    Adik-ku membela diri; Koh, lu jangan marah2. Gua sudah ke stasiun kereta-api, tetapi spoor nya tidak datang, apa daya ku ?
    Engkoh: Lu kalau mau bikin alasan, pakai otak yang cerdas sedikit, mana mungkin Deutsche Bahn (Kereta-Api Jerman) tidak jalan !
    Adik-ku membisu, lalu dia keluar rumah, jalan kaki ke stasiun kereta-api. Sampai disana dia minta ketemu dengan kepala stasiun. Dia menceritakan penderitaannya. Si-Jerman, kepala stasiun, langsung membuatkan surat keterangan resmi yang menyatakan memang kereta nya tidak datang karena mogok !
    Cerita sedih ini, aku dengar ber-ulang2 dari engkoh, karena dia merasa sangat bersalah kepada adiknya.
    Idem, apa daya si anak Flores, kalau ban bromfit-nya kempes. Jadi orang ojo mau bener sendiri. Dengarkan argumen orang lain dulu !
    Kejadian serupa pernah aku alami sendiri, padahal aku adalah orang yang seumur hidup selalu tepat waktu, kalau ada janjian. Selalu datang lebih duluan.
    Suatu hari aku ada janjian dengan bapak bupati di Tiongkok. Lacurnya jam-tangan ku batteri-nya sudah lemah, sehingga jalan jam-nya lambat.
    Aku telat 1,5 jam. Bupati nya sudah tidak ada di kantoran.
    Padahal batteri-nya baru ganti di Tiongkok 3 bulan lalu ! Kalau ganti batteri di Jakarta atau di Eropa, jam Seiko nya tidak pernah rewel selama 3 tahun. Katanya tukang jam di Tiongkok, dia kasih aku batteri yang paling mahal dan bagus.
    Beli burung di Tiongkok juga begitu. Aku membeli seekor burung yang sangat bagus warna bulunya. Sampai di rumah, burungnya mandi, air mandinya jadi keruh, dan warna bulu burungnya jadi hitam seperti gagak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu pengalaman yang sangat menarik. Jerman punya kereta pun bisa mogok juga bikin penumpang² terlambat. Tidak bisa tepati janji on time.

      Itu memang kita orang punya pengalaman yang tidak akan per ah dilupakan. Awalnya kita orang rasa sedih dan terpukul dengan kejadian itu. Tapi lama² saya ambil hikmahnya dan justru bersyukur karena dapat pelajaran dan gemblengan dari Prof Sahetapy supaya tidak ikut-ikutan jam karet.
      Saya sering ketawa sendiri kalau ingat pengalaman tersebut.

      Hapus
    2. Tuku manuk nang Cungkuo iku sing lucu tenan. Manuke dicat. Siansen diapusi pedagang manuk hehehe.

      Hapus
  2. Janjian tepat waktu adalah bentuk penghormatan.
    Menghormati hak orang lain adalah sumber perdamaian.
    Kalimat kedua datangnya dari Benito Juarez, mantan presiden Mexiko, dia adalah satu-satunya orang pribumi Amerika (bangsa Indian) yang pernah menjabat sebagai kepala negara Mexiko.
    Benito Juarez : "Ada dua jenis benda yang harus disingkirkan dari manusia, Alkohol dan Religion".
    Juarez sebagai orang pribumi-amerika sadar bahwa kedua benda yang dibawa oleh orang kulit putih ke amerika, menyebabkan punahnya bangsa dan kebudayaan penduduk asli dari Alaska sampai ujung selatan Argentina.
    Tetapi orang kulit-putih jagonya berdiskusi, pandai memutarbalik kata-kata, selalu bisa bikin alasan yang se-olah2 masuk akal.
    Coba buktikan: Apakah dengan dilarangnya Alkohol, maka dunia ini akan lebih baik, semuanya aman tentram, tidak ada kejahatan ?
    Coba terangkan: Bagaimana caranya menghilangkan Religion, lha wong religion sudah menyatu (fest verdrahtet= terikat erat dengan kawat) dengan otak manusia.
    Kalau diskusi lawan orang bule, pasti kita kalah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agama dan alkohol! Pendapat Tuan Juarez yang sangat menarik. Minuman keras dilarang di mana² di Indonesia, tepatnya sangat dibatasi tempat jualannya, tapi kenyataannya mudah ditemukan di mana². Termasuk di daerah istimewa yang sangat keras hukumannya untuk para peminum.

      Hapus
  3. "Janjian tepat waktu adalah bentuk penghormatan."

    Saya setuju itu. Setelah dihajar Prof Sahetapy soal jam karet, saya pelan² sadar pentingnya disiplin waktu. On time schedule.

    Maka saya dan banyak penumpang sempat ngamuk di ruang tunggu gara² pesawat delayed 2 jam lebih. Kita orang cuma dikasih jajanan di kotak kecil dan air putih gelasan.

    Sebaliknya, kita orang juga pernah hangus tiket karena terlambat check-in tak sampai 7 menit. Sementara pesawatnya sendiri takeoff terlambat satu jam lebih.

    BalasHapus