Inggris ternyata kalah. Keok sama Italia. Tiga penendang Inggris yang semuanya gelap gagal. Hanya dua penendang Italia yang gagal.
Saya cuma nonton laga final Piala Eropa 2020 selama 120 menit. Waktu normal 2x45 menit ditambah perpanjangan waktu 2x15 menit. Hasilnya 1-1.
Saya memang antiadu tendangan penalti. Mirip lotre. Untung-untungan. Tidak asyik. Makanya, saya sudah bertahun-tahun tidak nonton pertandingan yang harus diselesaikan dengan adu penalti.
Makanya, begitu wasit dari Belanda memutuskan adu penalti, saya langsung matikan televisi. Mata sudah telanjur berat. Jelang pukul 05.00. Bioritme tubuh rusak sejak turnamen Piala Eropa selama sebulan.
Saya baru membaca berita kekalahan Inggris di kantor berita Antara sekitar pukul 10.00 WIB. Italia pesta karena bisa mempermalukan tuan rumah yang sempat unggul pada menit kedua itu.
Sepak bola memang beda dengan badminton atau bola basket yang ada unsur lotre bernama adu penalti jika kedua tim seri selama 120 menit. Saya lebih suka tim yang menang meyakinkan 2-0, 3-1, atau bisa juga 3-2 selama 90 menit.
Lebih senang lagi dengan Spanyol yang menang 4-0 di final Piala Eropa beberapa tahun lalu.
Kalau mau menang lotre, harus membeli lotre-nya terlebih dulu. Jadi Untung hanya dimiliki oleh orang yang berusaha.
BalasHapusFortes fortuna adiuvat. Das Glück ist mit den Tüchtigen.
Kecuali WNI yang diberi nama Indonesia-Asli, " Untung " , oleh orang-tua nya.
Berita Utama hari ini : Gara-gara tiga penendang Inggris "yang semuanya gelap" gagal adu penalti, Rassismus merebak di Inggris.
BalasHapusCassius Clay : Kami orang gelap hanya berguna bagi kalian, untuk dijadikan tumbal sasaran peluru dalam perang yang kalian sulut dimana-mana. Cassius Clay nama budak, panggil aku Muhammad Ali !