Senin, 19 Juli 2021

Isoman harus konsultasi dokter, tapi dokternya tidak ada

IDI: Isoman harus konsultasi dokter.

Begitu judul berita di koran pagi ini. Prof Menaldi Rasmin prihatin karena banyak warga isoman yang meninggal. Ada pula isoman yang kondisinya memburuk. Lalu meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.

Karena itu, IDI mengingatkan bahwa isoman tidak bisa dilakukan tanpa konsultasi dokter atau tenaga kesehatan (nakes). Bisa makin runyam situasi pageblug di Indonesia.

Pagi tadi, saya baca di Antara ada isoman meninggal di rumahnya di Jember. Almarhum mantan anggota DPRD Jember. Ia isoman karena rumah sakit penuh.

Mengapa begitu banyak korban serangan covid isolasi mandiri? Tanpa konsultasi dokter? Cari obat sendiri-sendiri? Berburu oksigen ke mana-mana?

IDI mestinya sudah tahu. BOR rumah sakit sudah lama di atas 95 persen. Bahkan di atas 100 persen. Dokter dan tenaga kesehatan angkat tangan. Tenaga medis bertumbangan.

Maka, warga yang merasakan gejala covid ditolak di rumah sakit. Jangankan dokter, perawat pun kewalahan. Sang calon pasien pun pulang ke rumahnya. Isoman: isolasi mandiri.

IDI bilang isoman harus konsultasi dokter. Bagus. Tapi berapa sih jumlah dokter di Indonesia? Di NTT, misalnya, banyak kecamatan yang tidak punya dokter. Puskesmas-puskesmas tak ada dokternya.

Lalu, mau konsultasi ke dokter yang mana?

Situasi pandemi korona di Indonesia sedang gawat-gawatnya. Pemerintah kerja keras untuk memutus rantai covid tapi tidak mudah. PPKM darurat saat ini justru membuat banyak rakyat kecil kelimpungan karena tidak punya penghasilan.

''Pilih mana: mati karena korona atau mati kelaparan?'' ujar Yuk Madura, pemilik warkop di kawasan Gunung Anyar.

Yuk ini memilih taat prokes PPKM dengan tidak toron (mudik) ke Bangkalan untuk Idul Adha. Selamat hari raya kurban!

7 komentar:

  1. Isteri saya lulusan Universitas Pojok Tambang Boyo jurusan FK. Katanya, ratio dokter Indonesia dengan pasien ialah 1:1 juta, dibandingkan dengan negara maju seperti Amrik yang 1:2000 pasien. Jika Amerika saja kewalahan di puncak pandemi di tahun lalu, bagaimana Indonesia tidak bisa kewalahan? Isoman itu karena terpaksa ... karena nakes sudah tidak mampu melayani. Sepupu saya salah satu pemimpin di RKZ ... sekarang pasien Covid lebih banyak daripada non Covid.

    BalasHapus
  2. Dek remah kakek? Sampiyan dulu dibilangi jangan toron pas Lebaran, sampiyan ngotot mau toron. Dibilang harus vaksinasi, sampiyan bilang jangan percaya Korona, tapi percaya sama Auwoh. Sekarang pada matek kabih pas isoman, sampiyan salahkan pamrintah. Tompes saja, nak kanak.

    BalasHapus
  3. Isoman harus konsultasi dokter, tapi :
    Piye piye piye, Doc ? Mbuh aku ora weruh, kula dokter kulit !
    Jancuk, terpaksa cari dokter liane.
    Piye piye piye, Doc ? Mbuh aku ora ngerti, kula dokter untu !
    Jancuk, koyo ngene rasane, dadi wong inlander, ngalor ngidul diece, karo kancane dhewe.
    Alhamdulillah, Syukur,Syukur, Puji Tuhan, ketemu dokter Tirta.
    Piye piye piye, Doc ? Asem, maaf tenan, aku ora iso nulung, mergone stethoskop ku dicolong wong.
    Yo wis, numpak bemo nyang Jombang, ngolek Mas Ponari.

    BalasHapus
  4. Apakah anda baik baik saja, Lambertus?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita orang bae2 saja meskipun awal bulan Juli lalu sempet ndak enak badan. Sekarang sudah normal seperti sedia kala.

      Semoga Bung juga bae2 saja dan kebal hadepin ini pandemi. Salam damai dan hormat untuk Bung en fam di mana saja berada.

      Hapus
    2. Syukurlah. Tak kiro awakmu wis budhal kena Covid, seperti beberapa orang yang kukenal.

      Hapus
    3. Syukur kepada Tuhan, kita orang masih dikasih umur. Salam damai dan sejahtera, Bung!

      Hapus