Sabtu, 19 September 2020

Nostalgia Persema Malang 1988

Apa kabar Persema Malang?
Apakah Persema masih ada?
Main di Liga 3?

Persema seperti tinggal kenangan. Padahal dulu namanya sangat berkibar di pentas sepak bola nasional. Sangat diperhitungkan di kompetisi perserikatan meskipun tidak pernah juara.

Persema selalu menyulitkan tim-tim lawan saat bertanding di Stadion Gajayana Malang. Bahkan, Persebaya yang hebat, sejak dulu, sering keok di Gajayana.

Rivalitas Surabaya dan Malang sejatinya dimulai sejak era perserikatan. Arema belum ada. Arema baru lahir tahun 1987 untuk Liga Sepak Bola Utama atau Galatama. Awalnya suporter Arema kalah jauh dibandingkan Persema.

Tapi itu dulu. Sudah lama berlalu. Sekarang Arema yang berkibar. Entah Arema Malang, Arema Indonesia, hingga Arema FC. Arema berhasil menggusur Persema dari jagat balbalan di Malang Raya.

Dulu saya jadi salah satu saksi kehebatan pemain-pemain Persema. Khususnya yang berasal dari klub Gajayana dan Indonesia Muda (IM). Saya selalu nonton latihan pemain-pemain IM di Lapangan Ajendam, belakang RS Saiful Anwar itu.

Pelatih Rohanda sangat keras dan disiplin. Suka berteriak dan bentak-bentak. Pemain-pemain tidak boleh malas lari. Tak boleh lama-lama membawa bola. Harus cepat-cepat passing.

Kiper pun begitu. Mas Dwi, kiper IM, tidak pernah memegang bola di area gawang. Wajib dioper ke pemain belakang atau tengah atau depan. Padahal saat itu belum ada aturan larangan kiper menangkap bola backpass.

Pemain-pemain IM mayoritas sangat muda. Di bawah 23 tahun. Hanya satu dua senior yang dijadikan mentor seperti Mas Karno. Yang lain masih duduk di SMA. Tapi IM selalu menyulitkan Gajayana, klub terbaik milik Pemkot Malang. Satu-satunya tim amatir yang punya wisma bagus ya Gajayana. Di dekat pasar bunga dan pasar bunga dekat Splendid Inn itu.

Gajayana selalu juara, IM posisi kedua kompetisi internal Persema. Maka pemain-pemain kedua tim inilah yang jadi skuad Persema. Ada Maryanto penyerang lincah yang sangat kondang di Malang. Ada Harry Ratu, striker asal Flores yang suka ngamuk kalau teman-temannya tidak ngeyel.

Pasti seru setiap kali Persema main di Stadion Gajayana. Bukan hanya laga-laga resmi, pertandingan uji coba pun selalu ramai. Stadion penuh. Calo-calo tiket berseliweran di sekitar stadion. Anak-anak muda yang tidak punya uang juga punya peluang untuk memanjat tembok.

Nah, nostalgia Persema itu muncul saat saya membaca koran Jawa Pos lawas, edisi 3 Februari 1988, di sebuah warkop di Rungkut Menanggal, Surabaya. Pak Subur, pensiunan AL, rupanya punya koleksi koran-koran tahun 1980-an terbitan Surabaya.

Di halaman olahraga ada berita tentang Persema. Uji coba di Gajayana melawan PS Dafonsoro, Irian Jaya (sekarang Papua). Persiapan menjamu Persegres Gresik pada 6 Februari 1988 di kompetisi Divisi I. Persema menang 2-0.

Gol pertama dicetak Suparman, kiper Persema, menit ke-57 dari titik penalti dan temdangan Samsul Huda menit 72. Suparman memang penjaga gawang yang sangat jago sebagai eksekutor tendangan penalti. Tendangannya sangat keras di pojok gawang. Orangnya juga galak.

Wartawan Jawa Pos di Malang yang meliput pertandingan ini, Agus Purbiantoro, memuat daftar nama pemain Persema dan Persidaf yang diturunkan.

Aha, sebagian besar saya kenal dan paham gayanya di lapangan. Khususnya Suparman, Maryanto, Harry Ratu, Aji Santoso, Totok Anjik, dan Sugito.

Mas Sugito ini penyerang andalan IM Malang yang sangat tajam. Namun dia harus didukung tandem yang tepat untuk wallpass. Beda dengan Maryanto yang bisa mengumpan dirinya sendiri dengan bola daerah karena larinya secepat kijang.

Tak terasa tiga dekade telah berlalu. Nama besar Persema sudah lama tenggelam oleh adiknya, Arema Malang. Persema katanya masih ada tapi terseok-seok di Liga 3 Jawa Timur.

Stadion Gajayana saat ini sangat indah dan terasa modern. Saya selalu melintas di depannya saat mampir ke Malang. Tapi tidak ada lagi keramaian latihan dan pertandingan bola di stadion terkenal itu. Arema FC bahkan lebih suka berlaga di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen.


Skuad Persema Malang Tahun 1988

- Suparman
- Suliadi
- Aji Santoso
- Mujiono
- Cilak
- Sugeng Widodo
- Totok Anjik
- Edi Eko
- Maryanto
- Suheri
- Husein
- Samsul Huda
- Kiswo Handoko
- Sugiyanto
- Harri Ratu
- Arie Suseno
- Sugito

2 komentar:

  1. Tiap.minggu selalu.lewat wismanya di pasar kembang atau buku di splendid dulu pas ikut latihan tari di senaputra

    BalasHapus
  2. Hahaha menarik. Itu wismanya PS Gajayana di dekat toko buku bekas dan jembatan Splendid.
    Saya juga selalu jalan kaki lewat di situ kalau ke Gereja Kayutangan, mampir alun-alun beli jagung bakar, lihat topeng monyet... Kalau ada duit nonton bioskop Ria atau Merdeka di dekat situ.
    Tempat2 hiburan dan perdagangan di Kota Malang terpusat di sekitar situ saja sehingga sangat enak dijangkau dengan jalan kaki. Apalagi kotanya sejuk dan hijau.

    Radio Senaputra itu dulu paling top untuk program musik rock. Dipandu Bung Ovan Tobing penyiar paling terkenal di Malang Raya.

    Ovan ikut membidani Arema Galatama. Dia selalu jadi MC semua pertandingan Arema di Gajayana. Ovan Tobing juga MC andalan Log Zhelebour untuk konser Godbless dan band2 di bawah manajemen Log Zhelebour.

    Kalau IM main di Gajayana, kami para suporter jalan kaki ke stadion. Start di depan Senaputra itu. Waktu remaja dulu rasanya sangat dekat. Tapi jalan kaki sekarang dengan jarak yang sama atau lebih pendek kok rasanya jauh banget hehehe.

    Luar biasa memang sepak bola di Malang saat itu. Antusiasme penonton sangat tinggi. Padahal yang main klub2 amatir kayak IM, Gajayana, HW, PSAD, dsb. Bukan tim sekelas Liga 1 sekarang.

    BalasHapus