Minggu, 30 Agustus 2020

Misa Pagi di Warkop Juanda


Nggowes pagi di dekat Bandara Juanda. Mampir ke warkopnya Mbak Wati langganan lama. Sudah lama tak ketemu mbak gemuk yang ramah itu. Tepatnya sejak pandemi korona.

Warkopnya buka. Ada dua langganan asyik ngopi dan main ponsel. Memanfaatkan wifi gratis. Saya pesan kopi kapal api.

Lalu baca koran Jawa Pos yang pagi ini terlihat cakep dengan versi tabloid. Makeup jaksa cantik Pinangki dibahas panjang lebar. Termasuk kebiasaan mbak jaksa yang senang pelesir ke USA.

Duit dari mana? Berapa sih gaji seorang jaksa? Kok bisa bergaya hidup mewah? Operasi plastik dsb? Menarik.

Oh... ini hari Minggu. Saya belum misa. Gereja belum buka. Masih pakai misa live streaming sejak 25 Maret 2020.

Saya akhirnya masuk YouTube. Rupanya dia tahu apa yang saya cari. Video teratas Sunday Mass dari Amerika Serikat. ST. THOMAS THE APOSTLE PARISH, West Springfield, Massachusetts, United States.

Channel ini favoritku sejak tiga bulan lalu. Pastornya Romo Jack Sheaffer. Saya paling suka karena misanya sangat padat dan efisien. Tidak lebih dari 20 menit. Daily Mass atau misa harian cuma 18 menit.

Misa streaming gereja-gereja di Surabaya juga ada. Dan bagus. Hanya saja terlalu panjang. Seperti misa biasa di luar masa pandemi. Bisa 70 menit atau sejam lebih.

Minggu lalu saya ikut streaming mass di salah satu gereja di Sidoarjo. Khotbahnya sangat panjang. Sang pastor kurang sadar homili panjang membuat misa jadi lama. Boros data.

Belum lagi lagu-lagu liturgi yang lengkap ala misa normal. Ditambah banyak petugas, lektor, pemazmur yang tentu saja makan waktu saat ganti mikrofon, gosok mikrofon pakai tisu dsb.

Nah, misa di Amerika, khususnya di West Springfield ini sangat efisien. Pastor sendirian. Tidak ada misdinar. Tak ada pemazmur, lektor, penyanyi dsb.

Lagunya cuma tiga:

Opening: Come Thou Almighty King
Lamb of God: Agnus Dei
Communion: Panis Angelicus

Itu pun pakai rekaman. Agnus Dei pakai Gregorian 8 yang sangat terkenal di Flores dan Lembata. Begitu juga Panis Angelicus.

Homili pater juga sangat padat. Tidak banyak bumbu-bumbu. Tentang barangsiapa yang mengikuti Aku harus menyangkal dirinya dsb.

Mbak Wati dan orang-orang di warkop (semuanya muslim) tidak tahu bahwa saya sempatkan diri mengikuti misa pagi Hari Minggu. Bahkan dari Amerika pula. Teknologi komunikasi memang luar biasa. Kita bisa WFH, kerja dari rumah, bisa juga MFH, mass from home.

Bahkan bisa misa dari warkop. Kapan saja. Di mana saja. Tuhan ada di mana-mana. Gereja ada di HP.

2 komentar:

  1. Ruarrr biasa Bung, bisa konsentrasi utk misa di Warkop. Spiritualitas anda mpun tinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasa saja untuk orang NTT. Menggugurkan kewajiban. Lihat HP, pasang headset, ikut misa online yang tersedia berlimpah di YouTube, FB dsb.
      Gak ada yang tau kalo kita sedang ikut misa. Dikira lagi asyik dengar lagu2 koplo hehehe.

      Pandemi korona ini membuat tempat2 ibadah khususnya gereja2 lumpuh. Tapi muncul jutaan alternatif baru yang sangat efisien.
      Kita bisa ikut misa tiap hari. Cuma 20 menit aja. Padahal saat normal cuma ke gereja satu kali seminggu. Itu pun sering bolong karena satu dan lain hal.

      Hapus