Dulu benci Indonesia, sekarang cinta setengah mati. Dulu hanya mau berbahasa Belanda, bahasa Inggris, sedikit bahasa Tionghoa. Sekarang cinta mati bahasa Indonesia.
Saking cintanya sampai mengharamkan kata-kata serapan dari bahasa asing. Khususnya bahasa Inggris.
Itulan Lian Gouw, 85 tahun. Wanita Tionghoa yang puluhan tahun tinggal di Amerika Serikat. Selalu berpikir, bermimpi, melantur... semuanya dalam bahasa Inggris. Kefasihannya berbahasa Inggris mendekati atau sama dengan penutur asli macam Obama, Bush, Clinton, Trump, atau Biden.
Jangan pernah gunakan kata-kata serapan macam transformasi, irigasi, reformasi, ereksi, banalitas, restriksi, produksi, komunikasi, literasi, transmigrasi, ejakulasi, konstruksi, posting, dsb. Lian Gouw bakal marah.
Lian Gouw bakal tidak bisa tidur bila yang dipakai bukan sekadar kata serapan, tapi kata asing utuh. Misalnya, frontage road, give away, stunting, roof top, topping off, soft launching, grand opening, great sale, open house, slimming....
"Kita punya banyak kata-kata asli. Mengapa harus pinjam dan menyerap kata-kata bahasa Inggris?" kata Lian Gouw dalam berbagai kesempatan.
Lian Gouw pusing saat melintas di jalan raya. Begitu banyak iklan yang menggunakan kata-kata bahasa Inggris. Ada yang bahasa Inggris utuh. Ada yang serapan. Banyak yang kombinasi, eh campuran.
"Kombinasi" itu contoh kata serapan dari combination yang harus dihindari. Carilah padanannya dalam bahasa Indonesia, kata Lian Gouw.
Lian Gouw bikin penerbitan buku novel, cerita pendek, sastra. Dia membuat panduan untuk para penulis yang ingin karyanya diterbitkan di Penerbit Dalang. Salah satunya, "Jangan menggunakan kata serapan!"
Menurut Lian Gouw, peraturan itu harus diikuti secara tertib. "Pengajuan naskah yang tidak mengikuti ketentuan tidak akan kami baca," Lian menegaskan prinsipnya, eh keyakinannya.
Tidak mudah memang menulis atau berbicara tanpa kata serapan di Indonesia hari ini. Bukankah bahasa Indonesia itu memang penuh dengan kata-kata serapan?
Tapi Lian Gouw tidak menyerah. Dia yang puluhan tahun tinggal di Amerika Serikat, bahasa Inggris fasih, lancar, mengalir, tanpa mikir macam Donald Trump sudah membuktikan. Bahwa tanpa kata-kata serapan pun orang bisa berkomunikasi, eh, bertukar pikiran di media sosial.
"Saat kirim WA ke saya pun, Lian tidak mau menggunakan bahasa Indonesia serapan. Bahasa Indonesia Lian murni. Terus terang, inilah untuk kali pertama saya membaca novel yang 100 persen bahasa Indonesianya asli," tulis Dahlan Iskan, wartawan senior.
Widjati Hartiningtyas dipercaya untuk menerjemahkan novel Only A Girl karya Lian Gouw ke dalam bahasa Indonesia. Saya pernah baca novel berbahasa Inggris itu. Tidak mudah karena kata-kata yang dipakai sama dengan penutur asli. Bukan bahasa Inggris taraf orang Indonesia atau Malaysia atau India yang belepotan itu.
"Beliau sangat keras menentang kata serapan," ujar Widjati.
Tidak boleh ada kata "problem", "solusi", "provokasi", dan sebangsanya. Semua itu disebut kata serapan dari bahasa asing.
Widjati harus berpikir keras. Kadang memerlukan waktu lama untuk menemukan kata asli dalam bahasa Indonesia. Kadang dia berhasil menemukan kata-kata asli di kamus tapi sudah lama tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia saat ini. Hasilnya novel terjemahan berjudul Mengadang Pusaran.
"Sepanjang novel itu saya menemukan banyak kata asli Indonesia, tapi justru terasa sangat "asing" di telinga saya," kata Dahlan Iskan.
Saya pun sudah berusaha tidak menggunakan kata-kata serapan dalam tulisan ini.