Rabu, 08 Mei 2024

BMKG Tanjung Perak Minta Warga Waspada Banjir Rob di Kawasan Pesisir Surabaya 7--12 Mei 2024

Bulan Syawal segera berlalu.
Acara halalbihalal usai sudah.

Memasuki fase bulan baru, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tanjung Perak Surabaya mengeluarkan peringatan waspada pasang laut maksimum di kawasan pesisir Jawa Timur.

Pasang maksimum itu terjadi pada 7--12 Mei 2024. Air laut seperti biasa terdampak gaya gravitas bulan sehingga pasangnya lebih tinggi dari angka normal. 

Ketinggian genangan air laut atau banjir rob bisa mencapai 120 hingga 140 sentimeter. Sudah barang tentu banjir rob akan berdampak pada aktivitas penduduk atau perkampungan di kawasan pesisir. 

Aktivitas transportasi di jalan raya dekat pesisir pun berpotensi mengalami gangguan akibat masuknya air laut ke daratan. BMKG meminta masyarakat untuk mengantisipasi kawasan pesisir selama fase bulan baru ini.

Sejumlah kawasan di Kota Surabaya yang disebut BMKG terdampak banjir rob antara lain Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Kalimas, Surabaya Barat hingga Gresik dan Lamongan.

 Ketinggian banjir rob bisa mencapai 140 cm pada pukul 09.00 sampai 11.00.

Kawasan pesisir Surabaya Timur pun bakal terdampak banjir rob seperti Kenjeran dan Pamurbaya. Ketinggian air laut mencapai 120 sampai 130 sentimeter pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. 

"Banjir rob itu memang sudah biasa. Kita-kita yang tinggal dekat laut sudah gak asing lagi kayak jangan asem aja," kata Mak Tik pedagang makanan di Pantai Ria Kenjeran.

Mak Tik sudah berjualan dan tinggal di pesisir Pantai Kenjeran sejak awal 2000-an. Menurut dia, banjir rob tidak begitu berdampak di sekitar Kelenteng Sanggar Agung, Patung Buddha Empat Muka hingga sentra PKL karena tanggul di pinggir pantai cukup tinggi. 

Selasa, 07 Mei 2024

Suster Maria Lourdes Uran MC dari Lembata Ketua Yayasan Santa Clara di Surabaya

Bapaknya suster ini sebetulnya satu desa dengan saya di Lomblen Island alias Pulau Lembata, NTT. Cuma beda kampung atau dusun. Kami di bukit, mereka di tepi pantai.


Namun, Ama Bean pada tahun 70-an pindah ke Lewoleba, sekarang ibu kota Kabupaten Lembata. Ama Niko, bapaku, tetap betah jadi orang desa meski sering diajak pindah ke kota yang ada listrik dan lebih maju.

 Ama Niko kemudian membeli tanahnya Ama Bean di Desa Lamawara dan bangun rumah di situ. Lokasinya dekat pantai dan sumur. Kampung nenek moyangku jauh di bukit. Jauh dari sumur dan pantai.

Ama Bean punya beberapa anak yang sangat cerdas - ukuran NTT. Salah satunya Lourdes. Cita-citanya jadi biarawati terkabul. Lourdes akhirnya berhasil menjadi Suster Maria Lourdes Uran, M.C.

 Kongregasi atau ordo Misionaris Claris. Biasa dikenal dengan Susteran Santa Clara.  Mereka punya 12 atau 15 sekolah di Surabaya, Klaten, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat.

Suster Maria Lourdes Uran MC sudah lama dipercaya jadi Ketua Yayasan Puspita Kencana. Yayasan inilah yang mengelola semua sekolahan Santa Clara di seluruh Indonesia.

Gak nyangka ada orang Lembata jadi pimpinan yayasan yang cukup terkenal di Surabaya. Sementara (hampir) semua orang Surabaya tidak tahu di mana Pulau Lembata itu.

Dulu saya tinggal di Ngagel Jaya Selatan. Gerejanya di Paroki SMTB (Santa Maria Tak Bercela) yang pernah dibom pada 13 Mei 2018 itu. Gereja itu dempet Susteran MC dan sekolahan Santa Clara.

Sekali-sekali saja saya bertemu Suster Lourdes. Sekaligus praktik bicara bahasa daerah Lamaholot yang makin kagok saking lamanya merantau di Jawa. 

Setelah pindah ke Gedangan, Sidoarjo, kemudian pindah lagi ke kawasan Rungkut, saya tak pernah lagi bertemu suster yang masih keluarga jauh ini. Sebab parokiku memang tidak lagi di Ngagel.

Entah mengapa, tadi malam saya bermimpi ketemu Suster Maria Lourdes Uran. 

Mungkin saya diingatkan untuk sembahyang kontas (istilah di kampungku untuk doa rosario) karena bulan Mei adalah bulan Maria. Orang Lembata saban hari sembahyang kontas setiap bulan Mei dan Oktober.

Ina Maria, peten kame ata nalan.
Bunda Maria, ingatlah kami orang berdosa.

Senin, 06 Mei 2024

Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Diresmikan dengan Pesta Rakyat pada 26 Mei 1957


Ada kawan di Malang punya koleksi Pewarta Soerabaia, surat kabar tertua di Jawa Timur. Edisi 27 Mei 1957. Ada berita singkat tentang peresmian Pabrik Paku Madjid Asnoen di Waru Sidoarjo.

Aha... koleksi koran tempo doeloe itu sekaligus menjawab pertanyaan kawan-kawan di Surabaya dan Sidoarjo. Sekaligus meluruskan informasi di buku Surabaya City of Work karya Howard Dick bahwa pabrik paku di Waru diresmikan oleh Presiden Soekarno.

Yang betul, seperti ditulis Pewarta Soerabaia, Pabrik Paku Madjid Asnoen diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Samadikoen pada 26 Mei 1957. Acara peresmian sangat meriah dengan pesta rakyat.

Pabrik paku di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini dibangun dengan biaya Rp 20 juta. Produksi tiap hari 15 ton paku.

Bila mesin diesel dapat berjalan maka produksi bisa mencapai 30 ton paku. Saat diresmikan mesin tersebut sedang disetel. Belum dioperasikan.

Koran Pewarta Soerabaia yang terbit di Jalan Petjinan Kulon (sekarang Jalan Karet) menyebut Pabrik Paku Madjid Asnoen ini sebagai pabrik pertama di Indonesia yang menggunakan mesin-mesin otomatis dan modern.

Peresmian pabrik paku legendaris itu juga dihadiri oleh Gubernur BI Mr Sjafruddin Prawiranegara, bekas Menteri Luar Negeri Roeslan Abdulgani, Wakil Menteri Perindustrian Prof Mr Prajoedi, dan Wakil Menteri Perdagangan Mr Boerhanoeddin.

Madjid Asnoen mengatakan pendirian pabrik paku di Waru ini tidak mudah. Banyak kendala yang dihadapi, khususnya terkait PP tentang tambahan TPI sampai 50 persen. 

"Tapi berkat keyakinan yang ada serta keteguhan hati yang prihatin maka cita-cita membangun pabrik paku dapat terlaksana," kata Madjid.

Pabrik Paku Madjid Asnoen kemudian jadi pabrik besar yang melayani kebutuhan bahan bangunan di seluruh Nusantara. Bahkan kawasan itu sampai sekarang dikenal sebagai Pabrik Paku. Sebelah timur Terminal Purabaya di Bungurasih.

BMKG Sebut 62 Persen Wilayah Jawa Timur Sudah Masuk Musim Kemarau pada Mei 2024



Kapan awal musim kemarau di Jawa Timur? 

Kelihatannya bulan Mei 2024 ini sudah masuk kemarau meski masih sering hujan ringan. Bulan April lalu BMKG Tanjung Perak mencatat 20 hari hujan di Kota Surabaya. Hanya 10 hari yang tidak ada hujan. 

Bukan Maret juga 20 hari hujan. Februari 23 hari hujan. 

Suhu udara tertinggi pada April mencapai 35,6 derajat Celcius. Warga Surabaya mulai mengeluhkan panas terik pada siang hari. Rasanya seperti mendekati 40 Celcius, kata sejumlah orang. 

Sumuk banget!

BMKG Juanda menulis di lamannya:

"Suhu panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Jawa Timur dikarenakan sudah memasuki musim kemarau. Sehingga tutupan awan di langit sangat sedikit dan sinar matahari dapat sampai ke bumi secara maksimal akibat tidak adanya tutupan awan.

Sementara itu, secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya."

BMKG mengonfirmasi bahwa wilayah Jawa Timur sudah mulai masuk musim kemarau. Bulan Mei ada 65 persen zone yang masuk kemarau. 

April ada 27 persen memasuki awal kemarau pada dasarian ketiga. Di antaranya, Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto. 

Bulan Juni hanya ada 8 persen zona di Jawa Timur yang masuk kemarau. Artinya sebagian besar wilayah di Jawa Timur, 92 persen, sudah masuk kemarau pada bulan Mei 2024.

Rasanya musim hujan tahun 2023-2024 ini begitu lekas berlalu. Tidak terlalu lama. Intensitas hujannya juga tidak tinggi. Hampir tidak ada cuaca ekstrem yang membuat pohon tumbang, angin puting beliung dan sebagainya.

Tahun sebelumnya curah hujan sangat tinggi dan musim hujan lebih lama. Jas hujan harus ganti dua kali saking seringnya dipakai. Musim ini jas hujan jarang dipakai.

Minggu, 05 Mei 2024

Kaset Lusuh Incognito Terselip di Buku Lawas, Terkenang Wawancara Khusus dengan Jean-Paul ‘Bluey’ Maunick, Bos Incognito Band

Kaset Incognito ini terselip di buku lawas nan berdebu. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores karya Dr Inyo Yos Fernandez (UGM). 

Kaset-kaset tinggal kenangan. Sudah bertahun-tahun kita orang tak lagi mendengar musik dari kaset analog. Semuanya digital. Sekarang tinggal dengar di HP jutaan lagu tersedia.

Kaset Incognito itu ada kenangannya. Ada tanda tangan Jean-Paul 'Bluey' Maunick, band leader, produser, arranger, gutaris, penyanyi band aliran acid jazz asal Inggris itu. Orangnya kelihatan galak tapi ramah.

Sayang, sampul kaset Incognito yang ada tanda tangan Mr Maunick itu sudah hilang. Tinggal kaset pita aja.

Saat itu Incognito bikin live concert di Hotel Shangri-La, Surabaya. Saya nonton sekaligus dapat tugas mewawancarai beberapa musisi Incognito. Tokoh utamanya ya Jean-Paul 'Bluey' Maunick.

Bahasa Inggrisku sangat buruk saat itu. Sekarang pun masih buruk tapi sedikit lebih baik ketimbang 10 atau 15 tahun lalu. Obrolan dengan Mr Maunick ternyata asyik meski bicaranya cepat, mengalir, kadang gak jelas khas British English.

Saya memang kesulitan mengikuti kalimat-kalimat British English dari native speaker macam Mr Maunick ini. American English lebih jelas dan mudah dipahami seperti saat wawancara dengan Konjen USA Mr Wakin atau Mr Pollard dulu.

Acid jazz yang diusung Incognito Band ini memang asyik. Cocok untuk orang-orang yang senang party atau dugem. Beda dengan mainstream jazz ala Bubi Chen di Surabaya dulu.

Tidak banyak band di Indonesia yang bermain di genre acid jazz. Salah satunya The Groove. Itu pun sudah lama bubar. 

Jumat, 03 Mei 2024

Bahasa Nagi atau Melayu Larantuka Bermula dari Bahasa Para Pengungsi dari Melaka (Malaka) Malaysia


Tiga atau empat hari ini ada diskusi menarik tentang bahasa Nagi atau Melayu Larantuka di salah satu grup media sosial. Saya baca komen-komen warganet. Ada yang bagus, ilmiah, tapi banyak juga yang asbun: asal bunyi.


Ini era post-truth. Mana yang benar, mana yang ilmiah, hoax, campur aduk di media sosial. Kita harus pandai-pandai menyaring informasi di dunia maya. Termasuk soal bahasa Nagi alias Melayu Larantuka ini.

Saya pun membuka kembali buku lama: Kamus Bahasa Nagi disusun oleh Ade Kaka Lamury. Mau ngecek kata "eja". Ada komen di grup Flores Timur yang ngotot bilang "eja" itu bahasa Nagi - artinya teman, kawan, sahabat, rekan.

Padahal, setahu saya "eja" itu bahasa Ende. Saya periksa Kamus Bahasa Nagi memang tidak ada kata "eja". Biasanya kata populer seperti kata ganti orang ada di kamus. Saya yang pernah tinggal lima tahun di Larantuka pun tidak pernah dengar orang Larantuka bilang "eja".

Ya, sudahlah, warganet bebas bicara!

Gara-gara buka Kamus Bahasa Nagi itu, saya membaca tulisan Dr Yan Riberu di kata pengantar. Orang Nagi berasal dari Malaka (Melaka), menurut tradisi lisan, tulis Yan Riberu.

Ketika kehidupan beragama (Katolik) agak terdesak, kelompok Katolik dari Malaka mengungsi ke tempat lain agar dapat menjalankan ibadah agamanya secara bebas. 

Sebagian pengungsi mengikuti jalan laut menuju ke timur melalui Gresik dan Makassar. Dari Makassar pengungsi terbagi. Ada kelompok yang berlayar terus ke timur ke arah Kepulauan Maluku. Ada sebagian yang berlayar ke selatan dan akhirnya terdampar di Larantuka, Konga, dan Hure.

Di tiga tempat itu, kata Yan Riberu, mereka bertahan hidup sebagai pendatang dan berusaha meneruskan tradisi keagamaan dan peradaban dari wilayah asalnya. 

Agama yang dianut adalah Katolik. Di tempat yang baru mereka tetap menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Karena tidak banyak hubungan dengan wilayah luar, maka kelompok-kelompok ini memelihara dan mengembangkan tradisi keagamaannya sendiri. 

Sampai sekarang masih dapat dilihat tradisi keagamaan itu baik di Larantuka maupun Konga dan Hure. Khususnya Semana Santa atau Pekan Suci Paskah. Tradisi keagamaan sejak zaman Portugis itu menjadi ciri khas yang unik di Larantuka.

Bagaimana dengan bahasa Nagi?

Dr Yan Riberu menjelaskan, bahasa Nagi pada dasarnya adalah bahasa Melayu. Namun, dalam perkembangan sejarah bahasa ini dipengaruhi oleh bahasa para misionaris Portugal dan kemudian bahasa-bahasa setempat.

"Namun, sampai sekarang kandungan bahasa Melayu masih tetap dominan dalam perbendaharaan kata-kata bahasa Nagi," kata Yan Riberu asli orang Nagi.

Yan agak prihatin karena banyak generasi muda Larantuka, Konga, dan Hure sudah tidak terlalu memahami dan menghayati tradisi suku bangsa dan bahasanya. Karena itu, Kamus Bahasa Nagi jadi penting sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan bahasa yang asalnya dari Malaka/Melaka (Malaysia).

Bahasa-bahasa di mana pun selalu menyerap kata-kata dari bahasa lain. Tak terkecuali bahasa Nagi dengan tidak menghilangkan ciri khas bahasa Melayu. Identitas kebahasaan, bahasa Melayu, hendaknya dipertahankan dalam pergaulan sehari-hari.

Rabu, 01 Mei 2024

Universitas Kartini Surabaya di Nginden Dibekukan, Lahan dan Bangunannya Dijual, Siapa Minat?


Ada beberapa perguruan tinggi lama di Surabaya yang kena penalti. Salah satunya Universitas Kartini di Jalan Nginden, Surabaya. Lokasi kampus ini di pinggir jalan  strategis dekat Terminal Bratang.

Warga yang lewat di Manyar, Nginden, Semolowaru, menuju Panjang Jiwo atau Prapen, Jemursari pasti membaca nama kampus itu: Universitas Kartini. Namun, secara akademik kampus ini bukan pilihan mahasiswa kebanyakan. Lebih banyak pegawai, karyawan, atau mahasiswa-mahasiswa tua yang hendak cari ijazah doang.

Proses perkuliahannya dianggap bermasalah oleh Kementerian Pendidikan dan Ristek. Makanya dapat peringatan beberapa kali. Kemudian dicabut izin operasionalnya dua tahun lalu. Kalau tidak salah ada 6 kampus di Jawa Timur yang kena penalti.

Budianto, karyawan Yayasan Universitas Kartini, mengakui kampus yang berdiri sejak 1982 itu sudah tidak aktif lagi. Alias dibekukan. Sejumlah mahasiswa yang tersisa dialihkan ke beberapa perguruan tinggi di Surabaya.

"Ada yang ke Unitomo, Unmer, Tritunggal dan sebagainya. Sekarang sudah selesai (kuliah) mereka," kata Budianto.

Budianto kini ditugasi menjual tanah dan bangunan bekas kampus Universitas Kartini alias Unkar Surabaya itu. Luasnya 2.500 meter. Sudah ada banner "dijual" terpasang di pagar kampus lawas itu.

Berapa harganya?

 "Minta 80 M - Rp 80 miliar. Lahan 2.500 meter itu cukup luas ukuran Surabaya," kata  Budianto.

Lelaki yang juga pengurus yayasan sebuah universitas swasta di Malang itu mengaku sudah banyak orang yang berminat. Panggilan telepon via wasap berdatangan. Namun, belum ada yang cocok.

"Kalau gak laku mau kita sewakan," kata Budianto.