Jumat, 03 Mei 2024

Bahasa Nagi atau Melayu Larantuka Bermula dari Bahasa Para Pengungsi dari Melaka (Malaka) Malaysia


Tiga atau empat hari ini ada diskusi menarik tentang bahasa Nagi atau Melayu Larantuka di salah satu grup media sosial. Saya baca komen-komen warganet. Ada yang bagus, ilmiah, tapi banyak juga yang asbun: asal bunyi.


Ini era post-truth. Mana yang benar, mana yang ilmiah, hoax, campur aduk di media sosial. Kita harus pandai-pandai menyaring informasi di dunia maya. Termasuk soal bahasa Nagi alias Melayu Larantuka ini.

Saya pun membuka kembali buku lama: Kamus Bahasa Nagi disusun oleh Ade Kaka Lamury. Mau ngecek kata "eja". Ada komen di grup Flores Timur yang ngotot bilang "eja" itu bahasa Nagi - artinya teman, kawan, sahabat, rekan.

Padahal, setahu saya "eja" itu bahasa Ende. Saya periksa Kamus Bahasa Nagi memang tidak ada kata "eja". Biasanya kata populer seperti kata ganti orang ada di kamus. Saya yang pernah tinggal lima tahun di Larantuka pun tidak pernah dengar orang Larantuka bilang "eja".

Ya, sudahlah, warganet bebas bicara!

Gara-gara buka Kamus Bahasa Nagi itu, saya membaca tulisan Dr Yan Riberu di kata pengantar. Orang Nagi berasal dari Malaka (Melaka), menurut tradisi lisan, tulis Yan Riberu.

Ketika kehidupan beragama (Katolik) agak terdesak, kelompok Katolik dari Malaka mengungsi ke tempat lain agar dapat menjalankan ibadah agamanya secara bebas. 

Sebagian pengungsi mengikuti jalan laut menuju ke timur melalui Gresik dan Makassar. Dari Makassar pengungsi terbagi. Ada kelompok yang berlayar terus ke timur ke arah Kepulauan Maluku. Ada sebagian yang berlayar ke selatan dan akhirnya terdampar di Larantuka, Konga, dan Hure.

Di tiga tempat itu, kata Yan Riberu, mereka bertahan hidup sebagai pendatang dan berusaha meneruskan tradisi keagamaan dan peradaban dari wilayah asalnya. 

Agama yang dianut adalah Katolik. Di tempat yang baru mereka tetap menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Karena tidak banyak hubungan dengan wilayah luar, maka kelompok-kelompok ini memelihara dan mengembangkan tradisi keagamaannya sendiri. 

Sampai sekarang masih dapat dilihat tradisi keagamaan itu baik di Larantuka maupun Konga dan Hure. Khususnya Semana Santa atau Pekan Suci Paskah. Tradisi keagamaan sejak zaman Portugis itu menjadi ciri khas yang unik di Larantuka.

Bagaimana dengan bahasa Nagi?

Dr Yan Riberu menjelaskan, bahasa Nagi pada dasarnya adalah bahasa Melayu. Namun, dalam perkembangan sejarah bahasa ini dipengaruhi oleh bahasa para misionaris Portugal dan kemudian bahasa-bahasa setempat.

"Namun, sampai sekarang kandungan bahasa Melayu masih tetap dominan dalam perbendaharaan kata-kata bahasa Nagi," kata Yan Riberu asli orang Nagi.

Yan agak prihatin karena banyak generasi muda Larantuka, Konga, dan Hure sudah tidak terlalu memahami dan menghayati tradisi suku bangsa dan bahasanya. Karena itu, Kamus Bahasa Nagi jadi penting sebagai salah satu usaha untuk mempertahankan bahasa yang asalnya dari Malaka/Melaka (Malaysia).

Bahasa-bahasa di mana pun selalu menyerap kata-kata dari bahasa lain. Tak terkecuali bahasa Nagi dengan tidak menghilangkan ciri khas bahasa Melayu. Identitas kebahasaan, bahasa Melayu, hendaknya dipertahankan dalam pergaulan sehari-hari.

Rabu, 01 Mei 2024

Universitas Kartini Surabaya di Nginden Dibekukan, Lahan dan Bangunannya Dijual, Siapa Minat?


Ada beberapa perguruan tinggi lama di Surabaya yang kena penalti. Salah satunya Universitas Kartini di Jalan Nginden, Surabaya. Lokasi kampus ini di pinggir jalan  strategis dekat Terminal Bratang.

Warga yang lewat di Manyar, Nginden, Semolowaru, menuju Panjang Jiwo atau Prapen, Jemursari pasti membaca nama kampus itu: Universitas Kartini. Namun, secara akademik kampus ini bukan pilihan mahasiswa kebanyakan. Lebih banyak pegawai, karyawan, atau mahasiswa-mahasiswa tua yang hendak cari ijazah doang.

Proses perkuliahannya dianggap bermasalah oleh Kementerian Pendidikan dan Ristek. Makanya dapat peringatan beberapa kali. Kemudian dicabut izin operasionalnya dua tahun lalu. Kalau tidak salah ada 6 kampus di Jawa Timur yang kena penalti.

Budianto, karyawan Yayasan Universitas Kartini, mengakui kampus yang berdiri sejak 1982 itu sudah tidak aktif lagi. Alias dibekukan. Sejumlah mahasiswa yang tersisa dialihkan ke beberapa perguruan tinggi di Surabaya.

"Ada yang ke Unitomo, Unmer, Tritunggal dan sebagainya. Sekarang sudah selesai (kuliah) mereka," kata Budianto.

Budianto kini ditugasi menjual tanah dan bangunan bekas kampus Universitas Kartini alias Unkar Surabaya itu. Luasnya 2.500 meter. Sudah ada banner "dijual" terpasang di pagar kampus lawas itu.

Berapa harganya?

 "Minta 80 M - Rp 80 miliar. Lahan 2.500 meter itu cukup luas ukuran Surabaya," kata  Budianto.

Lelaki yang juga pengurus yayasan sebuah universitas swasta di Malang itu mengaku sudah banyak orang yang berminat. Panggilan telepon via wasap berdatangan. Namun, belum ada yang cocok.

"Kalau gak laku mau kita sewakan," kata Budianto. 

Senin, 29 April 2024

Mudik dengan Kapal Laut dari Surabaya ke NTT, Jadwal Makin Sulit, Empat Hari di Atas Laut

Jadwal kapal yang terbatas membuat banyak warga di kawasan Indonesia Timur baru bisa balik setelah berlebaran di Jawa pada akhir bulan April dan awal Mei 2024. 

Biasanya penumpang arus balik laut ini didominasi kalangan wiraswasta yang tidak terikat pada jadwal libur atau cuti bersama yang sangat terbatas.

Arus penumpang cukup besar terlihat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Sabtu (27/4). KM Unsini tujuan Maumere dan Kupang membawa ribuan penumpang yang kembali ke tempat kerjanya di Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Naik kapal laut jauh lebih murah meskipun lama. Perjalanan santai saja karena kita kan bukan pegawai negeri atau karyawan perusahaan," kata Mamat, penumpang asal Bojonegoro tujuan Kupang.

Lama perjalanan KM Umsini dari Surabaya ke Kupang selama kurang lebih empat hari. Ini karena kapal milik PT Pelni itu harus menurunkan penumpang di beberapa pelabuhan di Pulau Flores. 

Tiketnya sekitar Rp 500 ribu. Penumpang dapat jatah makan tiga kali sehari. "Tiga malam di atas kapal tapi tidak kelaparan. Mau bikin kopi atau teh atau jajan tinggal pesan aja," kata Mamat.

Yang jadi persoalan selama bulan April 2024 adalah jadwal KM Dharma Rucita VII rute Surabaya - Maumere berkurang drastis. Biasanya ada jadwal setiap pekan. Namun, selama arus mudik dan balik Lebaran malah hanya satu kali. Yakni 22 April 2024.

Lama perjalanan dari Surabaya ke Maumere, Flores, dua hari + tiga jam. Kapal milik perusahaan di Surabaya ini memang jadi pilihan masyarakat Flores dan sekitarnya yang hendak pulang kampung dengan biaya terjangkau.

"Kalau pakai kapal terbang satu orang paling sedikit 1.500 atau 2.000 (Rp 2 juta). Kalau kapal laut 500 sudah bisa pulang ke Flores," kata Frans asal Ende.

Minggu, 28 April 2024

Hampir Seluruh Gedung Kuno di Surabaya Ada Hantunya

Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe

"Akung, siapa orang kulit putih yang duduk di meja kerjanya Akung?" tanya Santi (4 tahun), cucu dari Diro teman saya.

Hari itu hari Minggu. Seperti biasa Diro ngajak Santi satu-satunya cucunya untuk jalan-jalan, sampai akhirnya Diro mampir ke kantornya karena kuncinya ketinggalan di kantor. 

Kantor Diro adalah sebuah bangunan kuno peninggalan Belanda di Jalan Gemblongan, Surabaya. Begitu memasuki ruangan kerja kakeknya, meluncurlah pertanyaan dari bocah itu tadi.

Tentu saja Diro kaget. Ia tidak melihat siapa-siapa di tempat ini. Namun ia segera mafhum. Anak kecil memang lebih peka terhadap hal-hal yang bersifat metafisik.

Diro cepat-cepat meninggalkan ruang kerjanya. Ia melihat Santi tersenyum dan 'dadah' melambaikan tangannya pada makhluk tak kasat mata itu.

Begitulah yang dituturkan oleh Diro kepada saya beberapa waktu yang lalu.

Lain pula yang diceritakan oleh Hilman, pemilik sebuah bangunan kuno-megah yang ada di kawasan Kembang Jepun.

Di dalam ruangan kerjanya itu, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Seminggu yang lalu ia dapat kiriman satu paket cookies yang isinya bermacam-macam.

Ada nastar, kastengels, garut keju dll. Satu per satu toples roti kering itu ia buka untuk dicoba rasanya. Semuanya enak, persis seperti cookies yang ia rasakan tatkala masih kuliah di Den Haag.

Ia ingat dengan jelas bahwa semua roti kering dalam toples plastik itu ia ambil tiga-tiga. Dan ia sudah bisa memperkirakan sisanya.

Namun pagi ini, ia terkejut. Masing-masing toples yang berjumlah 10 itu, isinya tinggal separuh!

"Pasti ada yang mengambil! Tapi siapa orangnya?"

Semula yang ia curigai adalah Tarman si penjaga malam. Namun kecurigaan itu segera ia tepiskan. Mana mungkin Tarman yang giginya ompong itu bisa mengunyah roti kering?

Ia sengaja tak mau menceritakan hal ini pada Dina sekretarisnya, atau stafnya yang lain. Memalukan, masak direktur kehilangan makanan, seluruh kantor diberi tahu?

Ketika membuka iklan-iklan di Youtube. Tak sengaja ia pun menemukan solusinya. Tanpa berpikir panjang, iapun menelpon perusahaan pemasang iklan itu.

Ketika seluruh pegawainya sudah pulang, petugas dari perusahaan itu pun datang. Ia tidak menceritakan, mengapa ia membutuhkan benda tersebut.

"Pasanglah di tempat yang tidak mencolok!" perintahnya.

"Baik, Pak," jawab petugas itu.

Sejam kemudian pekerjaan itu sudah selesai. Sebuah kamera khusus kini sudah terpasang di ruang kerjanya.

Kisahnya belum bisa dilanjut karena ada tamu.

Hantu-Hantu Belanda Ikut Nonton Film di Gedung Tua Surabaya

Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe

Kejadiannya sudah agak lama.

Pada suatu malam saya mengadakan acara launching buku saya "Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe" di sebuah gedung kuno di dekat Kebun Binatang Surabaya.  Dalam acara tersebut saya juga memutar filem dokumenter Soerabaia Tahun 1920.

Seorang ibu berambut putih datang menemui saya.

"Mas Dukut yaa?" sapanya.

"Inggih Bu. Panjenengan sinten?" tanya saya karena saya memang tidak kenal dan merasa tidak mengundangnya. 

Dalam acara ini saya hanya mengundang teman-teman dekat saja.

Ibu itu menyebutkan namanya, lantas katanya pula:

"Filem dokumenternya bagus lho, tapi yang menonton bukan kita saja," ujarnya.

Saya tidak mengerti maksudnya, dan dia pun menjelaskan:

"Belanda-Belanda itu juga ikut menonton. Mereka senang melihat filem itu," Ibu itu menunjuk ke atas. Tapi yang saya lihat hanya tembok kosong.

Saya mau bertanya lebih lanjut, tapi ibu itu sudah tidak ada lagi di hadapan saya. Ia lenyap begitu saja.

Sabtu, 27 April 2024

Ancis Matarau Penyanyi Pop Lamaholot Asal Ile Ape, Lembata, yang Sedang Naik Daun di NTT



Salah satu penyanyi pop daerah Lamaholot yang tengah naik daun adalah ANCIS MATARAU. Lagu-lagunya kebanyakan berbahasa Lamaholot. Karena itu, Ancis sangat populer di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT, daerah yang penduduknya berbahasa Lamaholot.

Artis Lamaholot lain yang lebih dulu ngetop adalah FELIX MATARAU. Sekian tahun lalu Felix mempopulerkan lagu pop Lamaholot gaya dolo-dolo dengan hitsnya Nona Masih Kecil. Ada beberapa seri lagu Nona Masih Kecil dibuat setelah album pertama booming di bumi Lamaholot dan NTT umumnya.

Saya mulai kenal Ancis Matarau setelah mendapat kiriman video dari seorang perantau asal Adonara di Jawa Timur. Mela tua, katanya. (Sangat bagus).

Lagu berjudul Selen Ro ciptaan Pastor Markus Solo Kewuta SVD itu terasa lebih segar saat dibawakan Ancis Matarau. Pater asal Lewo Uran, Flores Timur, yang jadi staf kepausan di Vatikan, itu senang bukan kepalang. Sebab lagu Selen Ro ciptaannya mendapat sambutan luar biasa di NTT.

Pastor Markus Solo Kewuta SVD menulis:

"Cita2 panjang di Roma utk menciptakan sebuah lagu tari Selen Lamaholot yang bernapas panjang dan disukai banyak orang ternyata terpenuhi. Syukur Tuhan utk inspirasi unik waktu itu.

Terima kasih Ade Ancis Matarau dan Ade Univilson untuk kerja sama jarak jauh yang produktip. Semangat untuk semua penggemar di mana saja berada."

Setelah dua tahun lebih menikmati lagu-lagunya di YouTube, akhirnya saya bisa ngobrol singkat dengan Ancis Matarau. Obrolan langsung nyambung pakai bahasa Lamaholot gaya Ile Ape.

 Penyanyi dan musisi ini ternyata berasal dari Desa Waiwaru, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata. Satu kecamatan dengan saya. Cuma beda desa. Desaku di pantai utara, sedangkan desanya di selatan.

Saat ini Ancis Matarau tinggal di Maumere. Proses kreatif, cipta lagu, aransemen musik dan sebagainya dilakukan di Maumere. Dia punya Matarau Entertainment yang memproduksi lagu-lagu pop berbahasa Lamaholot. Belakangan ada juga yang berbahasa Nagi (Larantuka) dan bahasa Indonesia.

Luar biasa! Anak-anak muda Lembata ternyata mampu melejit di era digital ini. Dulu waktu aku masih kecil belum ada penyanyi atau musisi Lembata yang mampu bikin karya musik yang bagus dan dikenal publik secara luas.

Ancis Matarau sudah berhasil "soga naran lewo tana titen" - mengangkat nama baik kampung halaman kita.

Terima kasih, Ama Ancis!


SELEN RO

Ciptaan : Pastor Markus Solo Kewuta SVD
Vocal : Ancis Matarau

Ore o o soka ro sare sare
Soka ro sare sare 
soka soka sokaro
taro sare sare 

O re oo seleno lere lere
Seleno lere lere
Selen selen selen 
Taro lere lere

Pana peken inam nimun
Gawe lupan amam nawan pia lango tobo
Pana peken inam nimun 
Gawe lupan amam nawan pia lango tobo

Ore o..oo.. Lenso selen ro
Lenso selen ro
Selen selen selen 
ari ana titen

Ore o seleno lere lere
Seleno lere lere 
Selen selen selen
taro lere lere

Pana maan sare sare
 maro pate pulo ina ama wahan kae
Gawe maaro mela mela 
maan helo lema kaka ari wahan kae

Daftar Hotel di Surabaya pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1930-an



Masih ada beberapa hotel era kolonial Belanda di Surabaya yang masih berdiri hingga tulisan ini dibuat pada 27 April 2024. Yang paling terkenal dan tetap mewah adalah Hotel Oranje (sekarang Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan. 

Ada juga Hotel Kemadjoean di Jalan KH Mas Mansur. Bangunannya juga masuk daftar cagar budaya. Bisnis hotelnya biasa-biasa saja, bahkan cenderung lesu. 

Berikut Daftar Hotel, Losmen, atau Pension (Guest House) di Surabaya pada Tahun 1930-an. 

1. Antosch, Undaan 55
2. Baroe, Kapasan 18 
3. Binnendijk, Pasar Besar
4. Brunet, Kaliasin 8
5. Buitenzorggsch, Pasar Besar Wetan 51

6. De Bijenkorf, Bubutan 79
7. Grand Hotel, Sambongan 52
8. Han Yong Kie, Gang Sechawal 10
9. Hok Tjhia Lie Sia, Slompretan 55
10. Horino, Pasar Bong 25

11. Huize Bon Abri, Gentengkali 34
12. Huize Coen, Coenboulevard 17 (Hook Darmo)
13. Hwa Bie Lie Sia, Slompretan 102
14. Insulinde, Sambongan 51
15. Juliana, Embong Malang 15-17

16. Kemadjoean, Kempenstraat 103
17. Kiong Ho Tjan, Tepekongstraat 13
18. Lam Sing Lie Sia, Cantian 34
19. Liberty (eig. Tan Siauw Tjong), Bongkaran 49
20. Metropole, Embong Malang 25

21. Nam Hwa, Sambongan 50
22. Ngemplak, Ngemplak
23. Oranje Hotel, Tunjungan 65
24. Paringan, Bongkaran 51
25. Peng Aan Tjan, Sambongan Gang Tjay Poo 8

26. Pension Embong Tandjoeng, Embong Tanjung 22
27. Pension Embong Woengoe, Embong Wungu 3-9 dan Jokodolog 1-2
28. Pension Huize Jeanne, Embong Wungu 8-10
29. Pension Huize Marianne, Bali 24
30. Pension Huize Marijke, Embong Sawo 1

31. Pension Huize Wolf, Kroesenpark 7 (hook Jokodolog)
32. Pension Klopper, Soematrastraat 3
33. Pension Laarman, Juliana Boulevard 14-16
34. Pension Splendid, Kroesenpark 9-10
35. Riche, Tambak Bayan 20-22

36. Sampoerna, Ngaglik 5-7
37. Sans Souci, Embong Kenongo 1-3, 14-16, 17-19
38. Sarkies, Embong Malang 7-11
39. Simpang Hotel, Jalan Simpang
40. Tay Tjhian Lie Sia, Kembang Jepun 41

42. Tiong Hwa, Bongkaran 47
43. Tiong San Lie Sia, Slompretan 81
44. Tokyo, Koningenhelaan 14
45. Tong An, Slompretan 47

46. Tong Fong Lie Sia, Bongkaran 30
47. Victoria, Jalan Genteng
48. Slamet, Bongkaran 45
49. Spoor Hotel (v/h Hotel Minahasa), Jalan Stasiun 4
50. Ngemplak, Jalan Ngemplak

Sumber: Telefoongids Soerabaja Uitgave Mei 1937 - Bijgewerkt tor 20 April 1937

BACA PULA