Hasil yang nyata adalah Kaesang tidak bisa maju pilkada karena usianya belum genap 30 tahun saat pendaftaran. Padahal DPR RI mau mengakali putusan MK dengan anak kalimat usia sekurang-kurangnya pada saat pelantikan sebagai kepala daerah.
Aturan ambang batas suara untuk pencalonan pun ikut MK. Artinya PDI Perjuangan bisa mengajukan calon di Jakarta. Jadi, calonnya koalisi kerajaan tidak perlu lawan kotak kosong. Atau lawan calon boneka dari jalur perseorangan.
Raja Jawa ini tidak kenal demisioner meski masa jabatannya tidak sampai dua bulan lagi. Bisa saja akan ada kejutan-kejutan di jagat politik beberapa hari ke depan. Dia selalu punya kartu-kartu untuk bikin kejutan.
Sementara itu, anak sang raja bersama istrinya sedang pesiar dengan pesawat jet (pribadi?) ke luar negeri. Di saat unjuk rasa terjadi di berbagai kota, anak raja tetap saja posting dunia fantasi yang serba mewah gemerlapan.
Masih panjang perjuangan untuk mengawal demokrasi di sini. Sang raja sudah membatalkan reformasi dan demokrasi demi membangun dinasti politiknya.
Sangat mengecewakan seorang anak muda yang tadinya begitu menjanjikan, dan dijanjikan tidak ikut2 urusan bapaknya, ternyata kemudian terkena kuman KKN. Bagaimana mungkin seorang berusia 29 yang bisnisnya jualan pisang olahan, mampu terbang pp dengan istrinya yang juga baru mulai meniti karier, naik pesawat jet pribadi Gulfstream. Satu2nya penjelasan ialah perjalanan itu dibiayai oleh seseorang atau suatu perusahaan yang ingin akses ke bapaknya, yang akan terus cawe2 ke pemerintahan berikut melalui kakangnya yang karbitan loncat dua tingkat dari walikota ke istana. Seperti Ken Arok, drama Joko Wingkar ini tidak akan berakhir baik baginya.
BalasHapusCengbeng, bulan April 2024 y.b.l., saya di Indonesia untuk ziarah makam. Keadaan biasa2 saja, katanya 81% rakyat Indonesia cinta kepada Bapak Jokowi. Desas desusnya Prabowo menang pilpres karena gandengan sama Gibran.
BalasHapusSekarang achir November 2024, kok Youtuber-indonesia ber-ramai2 mencaci Jokowi, what is going on ?
Seorang Youtuber-Madras yang dulu selalu menyanjung Jokowi, sekarang bilang: Sampeyan ojo ngesang, engko kenek karma felicia !
Yang ngenes kena Karma felicia, bukan hanya Kaesang, tetapi saya yang tidak ikut2-an juga ikut terimbas.
Hati saya bak teriris-iris sembilu, terlebih jika mendengar lagu Tenda Biru: Tanpa undangan diriku kau lupakan. Tanpa putusan diriku kau tinggalkan. Tanpa bicara kau buatku kecewa. Tanpa berdosa kau buatku merana.
Mea culpa, mea culpa, mea maxima culpa ooh kasihku.
Bulan April yang baru lalu itu, saya menyempatkan diri mengunjungi teman sekolah seasrama waktu di Malang, yang rumahnya di Jakarta, yang sudah sangat lama tak pernah ketemu. Sambil makan siang gado2, kami berdua saling curhat, keluar semua kebusukan dan dosa masing2.
Teman saya bertanya: Lu sudah dipermandikan jadi katolik ?
Saya geleng2 kepala. Dia dengan raut muka dan suara yang sungguh2 serius, menganjurkan agar saya segera dibaptis, sebab kami sudah tua, nanti terlambat ! Dan dia bilang juga dengan serius, akan mencantumkan nama saya disetiap doa nya. Masya Allah, sahabatku itu membikin aku jadi gundah gulana. Aku tidak berani membantah dan bilang tak percaya, karena dia bermaksud baik hati kepada ku.
Masakah aku yang bajingan berdosa, lha koq Jesus Christus yang tak ku kenal disuruh memanggul dosa2-ku. Ya begitulah, tiap hari selalu dosa2 selama 77 tahun menumpuk dan berputar-putar di otakku.