Kamis, 22 Agustus 2024

Jangan main-main dengan Raja Jawa! Bisa celaka

Bahlil Lahadalia baru saja terpilih sebagai ketua umum Partai Golkar. Orang Papua ini memang dekat penguasa yang mahakuasa. Maka sebelumnya Airlangga dilengserkan dulu dari kursi nomor satu Beringin.

Di depan ratusan (atau ribuan) kader Golkar, Bahlil mengingatkan rekan-rekannya di Golkar agar jangan main-main dengan Raja Jawa. Bisa celaka. Korbannya sudah banyak.

"Soalnya Raja Jawa kalau kita main-main, celaka kita. Saya mau kasih tahu aja, jangan coba-coba main-main dengan orang ini. Waduh Ini ngeri-ngeri sedap barang ini," ungkap Bahlil.

 Bahlil tidak sebut siapa sosok Raja Jawa yang kuat kuasa itu. Semua orang tahu sosok ini katanya. 

"Saya kasih tahu, sudah banyak dan sudah lihat kan barang ini. Tidak perlu saya ungkapkan lah tidak perlu," kata politikus yang cepat melejit karena sangat paham irama politik di era Jokowi.

Raja Jawa memang sulit dibendung. Apa pun keinginannya kudu diikuti. Konstitusi atau UUD pun bisa diubah ketika sang raja ingin anaknya jadi ketua atau wakil ketua negara. 

Sekarang dia ingin anaknya jadi gubernur atau wakil gubernur. Padahal usianya belum cukup. Gampang. Raja di atas hukum. MA bisa ubah aturan itu.

MK ingin menegakkan konstitusi. Membatalkan putusan MA dan beberapa pasal di UU Pilkada. Gampang saja solusinya. Besok muncul UU baru yang cocok dengan keinginan sang raja. 

Putusan MK diabaikan. Partai-partai di parlemen langsung ketok palu. Hanya si Banteng saja yang menolak. Tapi apalah artinya Banteng yang suaranya cuma 18 persen?

Raja Jawa memang tidak suka demokrasi. Sukanya kuasa mutlak. Tidak suka oposisi. Maka tiga partai yang kalah dalam Pilpres 2024 pada Hari Valentine itu diajak masuk koalisi kerajaan. Hanya si Banteng yang tidak diajak.

"Jangan main-main dengan Raja Jawa!" kata Bahlil.

Banteng sudah kena di Jakarta. Punya 15 kursi tapi tidak bisa nyalon pasangan gubernur dan wakil gubernur karena masih kurang 7 kursi. Mustahil dapat tambahan kursi karena sudah diborong masuk kerajaan.

Kelihatannya Banteng bakal terus dihajar hingga babak belur. Segala daya bisa dipakai agar partai ini makin kerdil dan selesai.

"Jangan main-main dengan Raja Jawa!'
 

2 komentar:

  1. Menyedihkan. Reformasi yg dibangun atas darah para mahasiswa, rakyat Tionghoa, mati di sini.

    BalasHapus
  2. Lambertus, ada yang bilang, ngapain harus ada demokrasi liberal yang ada oposisi. Biarkan saja, para elite politik bersekongkol, eh bermufakat. Yang penting, ada akselerasi pembangunan. Agar Indonesia tidak terjebak macet di tingkat negara berpenghasilan menengah. Harus lepas menjadi negara kaya.

    BalasHapus