Ada pater asal Austria yang jadi misionaris di Tiongkok. Pater SVD: Societas Verbi Divini. Serikat Sabda Allah, terjemahan lazim di Flores, NTT. Kebetulan Flores atau NTT umumnya sejak dulu jadi ladang panggilan subur untuk imam-imam SVD. Maka orang kampung macam saya dulu hanya tahu dua macam pastor: SVD dan Praja.
Pagi ini saya baca catatan pendek Pater Fritz Meko SVD di Surabaya. Imam asal Pulau Timor, NTT, ini jago nyanyi, main musik, ngarang lagu, bikin puisi, menulis buku, dsb. Punya channel di YouTube juga Hobinya memang banyak.
Pater Fritz memperkenalkan Santo JOSEF FREINADEMETZ. Orang kudus dari ordo SVD. Pater Fritz punya konfrater pendahulu.
''Ia adalah seorang misionaris di China. Selama bekerja dan melayani 34 tahun, ia tidak pernah kembali cuti di negerinya TIROL - AUSTRIA.
Begitu mencintai umat China, sampai ia mengatakan, "Walau di Surga, saya ingin tetap menjadi orang China."
Ia sungguh seorang misionaris sejati. Ia sangat mencintai orang China.
Ia pun pernah mengatakan, "Di mana saja engkau diutus sebagai misionaris, hendaknya engkau menjunjung tinggi dan menghargai budaya setempat."
Menurut Pater Fritz van Timor, Santo JOSEF FREINADEMETZ telah meletakkan prinsip INKULTURASI yang kemudian mengispirasi Gereja Katolik untuk menghargai budaya semua bangsa, yang sebelumnya dicurigai dan dianggap "kafir."
Refleksi yang menarik. Tentang karya imam-imam misionaris di tanah misi. Mewartakan kabar baik tentang cinta kasih Tuhan kepada segala bangsa. Allah adalah cinta. Deus caritas est!
Kata atau istilah KAFIR ini menarik tapi juga kontroversial. Pater-pater tempo doeloe, para misionaris dari Eropa, biasa menggunakan kata itu untuk menyebut penduduk yang belum menganut agama resmi.
Nenek moyang yang mengamalkan kepercayaan lokal macam Lera Wulan Tanah Ekan di Flores Timur dan Lembata dianggap kafir. Banyak sekali kakek nenek yang ''kafir'' saat aku kecil di pelosok Lembata. Dan mereka tidak marah atau tersinggung.
Orang-orang tua yang ''kafir'' itu biasanya jadi orang beriman jelang meninggal. Dipermandikan secara darurat. Ada juga yang sempat dapat minyak suci. Bala tentara surga ikut gembira!
Mengapa pater-pater zaman dulu sangat getol menyelamatkan orang-orang (yang dianggap) kafir? Bahkan begitu banyak yang jadi martir? Karena extra ecclesia nulla salus. Dogma yang sangat kuat sebelum Vatikan II.
Sekarang ini istilah kafir jadi peyoratif. Bisa menyinggung perasaan pihak lain. Bisa ramai di media sosial. Bisa dijerat Undang-Undang ITE yang agak karet itu.
Istilah kafir rupanya jadi bumerang. Senjata yang makan tuannya. Sekarang ini, di Indonesia, umatnya Pater Freinademetz, Pater Arnoldus Jansen, Pater Fritz Meko.. dan pater-pater lain malah dianggap kafir. Dan orang kafir tempatnya di neraka.
Mea culpa! Mea maxima culpa!