Musafir Isfanhari guru musik, dosen musik, komposer, hingga pelatih paduan suara kawakan di Surabaya. Pak Isfan juga sering diminta jadi juri lomba menyanyi. Mulai nyanyi kelas berat macam bintang radio seriosa hingga lomba karaoke wartawan atau komunitas Tionghoa di Surabaya.
Hampir setiap 17 Agustus Pak Isfanhari memimpin paduan suara pelajar di halaman Gedung Negara Grahadi Surabaya. Spesialis dirigen upacara bendera Hari Kemerdekaan bersama Gubernur Jawa Timur.
Pagi ini, Isfanhari membagi tulisan khusus tentang Wage Rudolf Soepratman. Sekaligus menjawab pertanyaan lama saya.
Apakah lagu Indonesia Raya itu jiplakan lagu Pinda-Pinda, Leka-Leka? Apakah komposisi Indonesia Raya sekarang sama dengan naskah asli atau partitur yang ditulis WR Soepratman pada 1928?
Isfanhari menulis:
"Ketika dinyanyikan di Kongres Pemuda 1928, Indonesia Raya dimainkan dalam tanda birama 6/8. Terkesan kurang gagah, sehingga kemudian diubah menjadi 4/4."
"Indonesia Raya juga pernah dituduh sebagai jiplakan dari lagu Pinda-pinda, Leka Leka. Tapi kalau kita dengar Pinda-Pinda Leka Leka, terlalu berlebihan kalau dianggap sama mirip dengan Indonesia Raya."
Tidak lupa Isfanhari membagi link lagu Pinda-Pinda itu. Saya dengarkan beberapa kali. Memang berbeda meski ada beberapa nada awal Indonesia Raya yang sama. Pinda-Pinda pakai 6/8.
WR Soepratman berucap: "Kelak sebagai negara yang merdeka, kita harus punya lagu kebangsaan."
Pernyataan pendek itu mengganggu WR Soepratman. Dia merenung, tak bisa tidur memikirkan lagu kebangsaan seperti apa bentuk komposisinya, seperti apa pesan syairnya.
Hasil renungan itu akhirnya terwujud dalam lagu Indonesia Raya yang diperdengarkan dalam pembukaan Kerapatan Pemuda pada 1928. Iramanya 6/8 ala waltz yang memang sangat populer saat itu.
Lagu Indonesia Raya pun menyebar ke masyarakat Indonesia. Akibatnya lagu tersebut dilarang oleh Pemerintah Hindia Belanda meski secara sembunyi sembunyi masih ada yang berani menyanyikannya.
Ketika Jepang masuk ke Indonesia, maka untuk memikat hati rakyat Indonesia, diperbolehkan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi itu tidak lama. Jepang pun akhirnya melarang lagu Indonesia Raya.
Saya masih sering mampir di warkop persis di samping Makam WR Soepratman di Rangkah, Surabaya. Sesekali saya merenung kehebatan Soepratman yang banyak talenta. Wartawan, seniman, musisi, pejuang, pahlawan nasional.
Lagu Indonesia Raya terasa merinding ketika atlet Indonesia meraih medali emas Olimpiade. Merdeka!!!
Medali2 emas pertama Indonesia di Olimpiade dimenangkan oleh pasangan Tionghoa: arek Surabaya Alan Budikusuma dan pacarnya gadis Tasik Susi Susanti.
BalasHapusKetika memenangkan pertandingan finalnya Susi membuat tanda salib. Memang, merinding ketika mendengarkan lagu Indonesia Raya berkumandang berkat kerja keras bocah2 Tionghoa tsb.
Lebih mirip lagu Dari Sabang Sampai Merauke dengan lagu kebangsaan Prancis La Marseillaise
BalasHapus