Kamis, 08 Februari 2024

Indonesia sungguh indah permai - pohon nyiur melambai-lambai

Indonesia sungguh indah permai
Pemandangan alam indah santai
Pohon nyiur pun melambai-lambai
menyanyikan lagu-lagu pantai

Lautan biru membuai-buai
diiringi angin sejuk sepoi
Gunung biru tenang penuh damai
Indonesia sungguh indah permai

Rahmat Tuhan sungguh mahamurah
kepada bangsaku Indonesia
Tanah subur dan alamnya pun kaya
Inilah pusaka bangsa kita

Indonesia sungguh indah permai
keindahanmu menawan hati
Aku sungguh cinta kepadamu
Tanah airku, Indonesia!

Pagi ini tanggal merah. Libur Isra' Mikraj. Saya tiba-tiba teringat lagu lama: Indonesia Sungguh Indah Permai. Ciptaan Dr Janner Siaga. Orang Batak itu dulu dirjen pentinh di Departemen Penerangan - kementeriannya Bung Harmoko.

Lagu ini punya kesan kuat di hatiku. Santai, lembut, membuai, jazzy. Dulu dinyanyikan Harvei Malaihollo. Dijadikan lagu penutup siaran RCTI. Dulu televisi belum 24 jam. Rezim Soeharto malah meminta anak-anak segera tidur. Jangan begadang. Nanti segala penyakit akan mudah datang, kata Rhoma Irama.

Entah sudah berapa tahun saya tak menyanyikan lagu Indonesia Sungguh Indah Permai. Juga tidak memainkan secara instrumental rekorder anak sekolah + harmonika.

Syairnya sudah lupa. Maka saya minta bantuan Mbah Gugel. Lah, malah saya diantar ke artikel lama yang saya kenal betul. Tulisan saya sendiri. Kenangan lama di Sidoarjo. 

Blog lama itu sudah tak ada lagi. Rupanya ada orang yang salin-tempel alias copas. Lalu ditayangkan di blognya tanpa menyebut sumbernya. Begitulah perilaku orang Indonesia sejak dulu kala. Senang jiplak. Plagiarisme makin marak di era digital.

Saya pun membaca artikel lama di Sidoarjo itu sambil tersenyum. Membayangkan Pak Putut (saat itu TNI aktif) membawakan lagu-lagu Broery Marantika alias Broery Pesolima alias Broery Abdullah. 

Sebagian seniman yang biasa dugem di kafe dekat Gelora Delta itu sudah tak ada lagi. Kafenya juga sudah lama terbakar. Lagu-lagu pop jazzy, country, campursari dsb yang biasa diiringi Mas Dibyo tinggal kenangan.

Berikut kutipan artikel lama tentang Indonesia Sungguh Indah Permai:

Asyik banget menikmati suasana malam di sebuah kafe kecil di Sidoarjo. Jadul abisss! Diiringi organ tunggal, pengunjung, yang hampir semuanya wong lawas, seakan berlomba menyanyikan lagu-lagu pop lawas. 

Suara mereka gak kalah sama penyanyi-penyanyi baru di televisi. Apalagi penyanyi-penyanyi dangdut koplo yang sebagian fals itu. Pak Putut yang marinir paling jago membawakan lagu-lagu Broery.

 "Di alam nyata apa yang terjadi... Buah semangka berdaun sirih... Aku begini engkau begitu... Sama saja."

Enak banget gaya Pak Putut yang bikin kita kerasan nongkrong sembari menghirup kopi pahit buatan pabrik besar di Taman, Sidoarjo. 

"Beliau pernah jadi juara lomba lagu-lagu Broery di Surabaya. Beliau hafal hampir semua lagu Broery," kata Hartono Aje pemilik kafe di pinggir jalan raya itu.

Ada lagi seorang tante yang enak sekali menyanyikan "Tiada seindah kini... duduk berdampingan... menyentuh hati dengan wajah kasih". 

Lagu ini ibarat lagu wajib resepsi mantenan di Surabaya dan Sidoarjo. Bisik-bisik, katanya sih tante itu istri simpanan om yang duduk di pojok.

"Sepanjang kita masih terus begini. Tak kan pernah ada damai bersenandung...," lagu lawas karya Pance Pondaag ini dibawakan Pak Totok. 

Pimpinan orkes keroncong di Siring, yang rumahnya ditenggelamkan lumpur Lapindo, ini ternyata asyik juga membawakan lagu pop manis. Senyumnya juga lebar karena baru terima duit ganti rugi dari pemerintah.

Lagu yang rada gak umum dibawakan seorang pengunjung yang belum saya kenal. Laki-laki 40an tahun ini membawakan pop jazz. 

"Kala suara menghilang...," lagu hit Utha Likumahuwa tahun 1980an. Disusul "Indonesia Sungguh Indah Permai...."

Wow, lagu lama yang benar-benar jazzy, mas pengiringnya juga mampu menghadirkan swing, rasa jazz kental, malam itu. Saya jadi ingat teman saya di kampus dulu yang memang gitaris band jazz lokal.

 Mas Bambang sering banget memainkan lagu ini di kos-kosan, selain "Buat Kamu" dan lagu-lagu Emerald Band dengan vokalis Ricky Jo (almarhum) yang terkenal dengan Salam Olahraga di RCTI saat memandu siaran langsung balbalan itu.

Indonesia Sungguh Indah Permai, lagu pop jazz ini, diciptakan Janner Sinaga. Saat itu Pak Sinaga pejabat kementerian penerangan yang antara lain mengurusi media massa di Indonesia. 

Sebagai pejabat Orde Baru, Janner Sinaga bertugas mengamankan kebijakan Menteri Penerangan Harmoko soal SIUPP, penertiban wartawan, pembatasan halaman koran, pembatasan iklan, dsb.
Tapi, di sisi lain, Janner Sinaga seorang komposer, pianis yang bagus.

 Indonesia Sungguh Indah Permai bahkan menjadi lagu resmi RCTI, satu-satunya televisi swasta masa itu, saat mengakhiri siarannya. Nuansanya mirip Rayuan Pulau Kelapa yang dipakai TVRI, televisi negara.

Suasana santai, swing, asyik... sangat terasa di lagu Indonesia Sungguh Indah Permai ketika dibawakan Harvey Malaiholo, vokalis jempolan era 1980an dan 1990an. Harvey selain jago lagu-lagu festival, yang jarak nadanya lebar, juga piawai membawakan lagu-lagu jazz, khususnya bosanova.

 Lagu ini benar-benar melekat di hati saya karena nyantai dan sangat unik.
Belakangan Pak Wiranto, mantan panglima TNI, pendiri Partai Hanura, juga bikin rekaman lagu-lagu bernuansa perjuangan. Lagu Indonesia Sungguh Indah Permai jadi andalan Pak Wiranto. Suaranya enak juga!

 Bahkan, saya pernah menyaksikan Pak Wiranto tampil di Hotel Shangri-La Surabaya membawakan Indonesia Sungguh Indah Permai diiringi Surabaya Symphony Orchestra pimpinan Solomon Tong. Asyik!

Malam kian larut. Saya pun pulang sembari bersenandung Indonesia Sungguh Indah Permai di jalanan. Sekaligus melupakan dulu ribuan pengungsi di Singkil Aceh, bencana asap yang sulit diatasi, hingga rupiah yang mungkin tak akan pernah kembali ke Rp 10.000.

2 komentar:

  1. Lautan biru membuai-buai, ada juga di Hainan,
    Pohon nyiur melambai-lambai, ada juga di pulau Hainan,
    Gunung biru tenang penuh damai, banyak di Guangxi,
    Pemandangan alam indah santai, banyak di Dali.
    Cukup sudah bermimpi di sianghari bolong.
    Intisarinya, Bumi Nusantara adalah Rahmat Tuhan untuk kalian Bangsa Pribumi Indonesia ! Mengapa kalian sia-siakan Karunia Tuhan. Mengapa kalian obral Rahmat Tuhan kepada para imigran; portugis, spanyol, londo, inggris, india, cina, yaman, jepang,...dll.
    Sepanjang kita masih terus begini, Tak kan ada damai bersenandung !
    Rizieq, Bahar, Ahok, Yohanes, Thomas, sami sami imigran yang ngibul, menggrogoti uang rakyat, hanya dengan bondo abab, cangkem dobol karo lambe ndlower.
    Contoh: Ahok (si-Kolektor apem), manusia terjujur, teradil, ter-berperikemanusiaan dan terbenar di bumi Nusantara, mengeluarkan gagasan yang genial, yaitu setiap kepala keluarga pribumi di Indonesia harus minimum digaji Rp. 5 juta,- per bulan. Sedangkan dia sendiri dan para kaum imigrannya, yang hanya bondo abab bisa tiap bulan dapat gaji Rp. 170 000 000,- Diskrepanz yang mencolok itu bagi si-Kolektor masih adil. Prakteknya: Kalau gaji dinaikkan 25%, maka harga sembako juga pelan2 dinaikkan sampai 25%, buntutnya dua tahun kemudian, si miskin tetap kere. Sedangkan tuan2 besar masih dapat bonus 1% dari keuntungan BUMN. Itulah keadilan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dui dui.. ruwet juga ternyata mengurus ratusan juta manusia. Indonesia sungguh indah permai tapi ruwet.

      Hapus