Rabu, 06 Agustus 2025

Mengantar Tante Nanik dari Kotalama Menuju Makam Sukun Malang


Susan bagi kabar dukacita. Tante Nanik meninggal dunia pada 4 Agustus 2025 di rumah Kotalama, Malang. Dimakamkan besoknya di Makam Nasrani Sukun.

Jenazah disemayamkan di Panca Budi. Tak jauh dari rumah Om Cornelis Kalu Hurek di Kotalama. 

Resquescat in pace! 

Selamat jalan Tante Nanik!

Semoga bahagia bahagia di rumah Bapa!

Tante Nanik tak lain istri Om Cornelis Hurek. Istri kedua. Istri pertama Tante Marie sudah lama meninggal dunia. Karena itu, paman yang sejak muda tinggal di Malang bersama Tante Marie di Kotalama dekat kelenteng itu menikah lagi.

Mendiang Tante Marie melahirkan 4 anak: Herlina, Lisa, Roy, Oscar. Si sulung Herlina sudah meninggal. Susan yang bagi kabar duka itu tak lain istrinya Roy alias mantunya Om Cornelis.

Tante Nanik melahirkan 2 anak laki-laki: Chris dan Nelson. Waktu kecil keduanya agak nakal. Makin besar dan dewasa makin insaf. Apalagi Chris belum lama ini menikah dan punya anak.

Aku punya banyak kenangan dengan Kotalama. Di sinilah, rumah di dalam gang buntu, itu pertama kali aku kenal Kota Malang dengan segala suka dukanya.

Tante Nanik selalu menyediakan masakan khas NTT khususnya Flores dan Lembata. Sayur kelor hampir pasti. Rumpu-rampe sayur campuran daun pepaya, jantung pisang dsb. Ikan laut juga hampir pasti karena itu kesukaan Om Cornelis.

Meski sudah puluhan tahun tinggal di Malang, punya anak cucu, bahkan dianggap embahnya Amalatok (Kotalama dibaca dari belakang khas Ngalam alias Malang), selera Om Cornelis ternyata tidak banyak berubah. Sulit adaptasi dengan selera Jowo.

Karena itu, nasinya pun selalu beras campur jagung. Kalau nasi putih tok kurang cocok. "Kita ini orang kampung jadi selera masa kecil tidak bisa hilang," katanya.

Yang menarik, hidup doa, rutinitas berliturgi Tante Nanik ini luar biasa. Tak hanya rajin misa mingguan di Gereja Kayutangan tapi juga aktif di kegiatan-kegiatan lingkungan dan sebagainya. 

Padahal, Tante Nanik ini Katolik katekumen semacam mualaf karena menikah dengan seorang lelaki asal Pulau Lembata NTT yang beragama Katolik. Malah lebih rajin ketimbang yang ngajak dia jadi Katolik. Banyak kasus seperti ini di mana-mana.

Selama ini aku pikir kondisi paman dan bibi di Kotalama baik-baik saja. Saya pun tak mampir kalau ada acara bersama kawan-kawan alumni Mitreka Satata karena waktunya sangat mepet.

Betapa kaget saat aku mampir saat libur Lebaran pada awal April 2025 yang lalu. Tante Nanik tak ada di rumah. Om Cornelis pun baru kena begal saat naik sepeda motor melintas di dalam kota tengah malam. 

Susan kasih tahu bahwa Tante Nanik sakit berat. Kanker payudara stadium lanjut. Bolak-balik ke rumah sakit. "Doakan semoga membaik," kata Susan yang memang sangat aktif dalam berbagai kegiatan di Paroki Kayutangan Malang itu.

Susan tidak cerita secara detail. Intinya sudah parah tapi kadang membaik. Kudu sering rawat inap di rumah sakit.

Sekitar lima bulan kemudian... selesai.

Upacara pemakaman dipimpin Romo Yohanes Sirilus Bhaha, OCarm dari Paroki Kayutangan. Romo Yoris sapaan akrabnya berasal dari Ende lahir 1986. 

Jenazah Tante Nanik disembahyangkan di persemayaman Panca Budi Kotalama lalu dibawa ke Makam Kristen Sukun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar