Jelang Tahun Baru Imlek 2025, Ki Subur, dalang wayang potehi asal Kampung Dukuh, Surabaya, tengah sibuk mempersiapkan jadwal padatnya di Jakarta. Dalang yang dikenal piawai dalam memainkan wayang khas Tionghoa ini telah mendapatkan serangkaian undangan dari berbagai pihak untuk tampil selama bulan Januari hingga awal Februari 2025.
"Saya main dua hari pada 14-15 Januari 2025 di Kelenteng Pasar Baru Jakarta," ujar Ki Subur.
Usai tampil di kelenteng, ia langsung diminta mengisi pertunjukan di Mall Ciputra Jakarta mulai 16 Januari hingga 3 Februari.
"Pertunjukan nonstop selama 19 hari berturut-turut. Alhamdulillah, Imlek tahun ini saya masih dipercaya untuk menghibur masyarakat Jakarta dan sekitarnya," tambahnya.
Ki Subur mengenang awal perjalanan kariernya di Jakarta pada 2007, ketika dirinya pertama kali diundang untuk memainkan wayang potehi karena belum ada dalang potehi di wilayah Jabodetabek. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, terutama karena kesenian ini sempat dilarang pada era Orde Baru.
"Apalagi potehi dimainkan di pusat perbelanjaan, bukan di kelenteng seperti biasanya. Saya padatkan ceritanya dan mengemas sedemikian rupa agar jadi hiburan keluarga," jelasnya.
Tahun ini, menyambut Tahun Ular, Ki Subur akan membawakan lakon Siluman Ular Putih, sebuah legenda klasik yang populer di industri film namun jarang dimainkan dalam wayang potehi.
"Saya harus membaca lagi cerita tentang Siluman Ular Putih dan konteks sejarahnya agar lebih pas saat dipentaskan. Kami juga menyiapkan properti baru untuk mendukung cerita," kata Subur.
Untuk mendukung pertunjukan yang panjang ini, Ki Subur membawa tim beranggotakan lima pemain musik, terdiri dari tiga orang dari Surabaya dan dua dari Jakarta. Anak Ki Subur, Ringgo, juga ikut tampil untuk mendukung regenerasi seni wayang potehi.
Berbeda dengan wayang kulit yang hanya dimainkan semalam suntuk, Ki Subur menjelaskan bahwa wayang potehi memiliki durasi yang lebih fleksibel. "Bisa satu-dua hari, satu minggu, bahkan satu bulan sesuai pesanan. Sekali tampil biasanya dua jam, dan ceritanya dibuat fragmen-fragmen hingga selesai pada hari terakhir," tuturnya.
Antusiasme terhadap wayang potehi terus bertumbuh, terutama di Jakarta. "Alhamdulillah, banyak yang suka sehingga setiap tahun saya dapat job di sini," ujar Ki Subur, penuh syukur.
Pertunjukan wayang potehi ini diharapkan menjadi bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek yang penuh warna dan makna bagi masyarakat Tionghoa dan penikmat seni tradisional di Indonesia.