Hampir saban hari bapak ini buka lapak di depan RSUD dr Soetomo Surabaya. Jualannya beda dengan lapak2 Madura di dekatnya.
Kalau Madura jualan sate, gorengan, pisang rebus, tela rebus, aneka minuman, bapak ini pajang buku2 Menara Pengawal. Ada brosur rohani, traktat khas Watch Tower.
Bapa Pengawal itu memang Saksi Yehuwa. Sudah lama sekali dia jualan firman di situ. Hampir tidak ada yang mampir karena alergi kristenisasi. Tapi Bapa Pengawal itu tetap tersenyum dan terus buka lapak.
Siang tadi Ayas mampir rehat setelah gowes jarak jauh. Bapa Pengawal menyapa. Basa-basi. "Anda dari NTT ya?"
Betul. Lalu Bapa Pengawal mulai masuk pelan2 bahas firman ala Saksi Yehuwa. "Saya sudah tahu," Ayas mencoba memotong perkataannya.
Tahu dari mana?
"Saksi Yehuwa kan terkenal. Semua orang Kristen pasti paham lah. Menara Pengawal. Watch Tower. Sedarlah!" Ayas ngomong seenaknya aja kayak paham Jehovah Witnesses.
Bapa Pengawal makin senang kelihatannya karena rada nyambung. Tapi Ayas tidak mau masuk dalam jebakan agen Pengawal. Ayas pun kabur ke arah Stasiun Gubeng dan seterusnya.
Ayas sudah tidak asing dengan agen2 Pengawal. Sudah lama sekali di Ngagel Jaya Selatan. Ada dua Saksi Yehuwa sangat rajin menemui seorang nenek pelukis yang sudah naik haji dan fanatik.
Nenek itu tidak paham gaya dan arah percakapan kedua agen Pengawal. Dia pikir orang Pentakosta atau Protestan atau Katolik yang melakukan penginjilan dari rumah ke rumah.
Beda banget, Nek! Saksi Yehuwa ini kelihatan sangat kristiani tapi bukan Kristen, bukan Katolik. Dulu dilarang karena dianggap aliran sesat!
Sejak itu Nenek Siti selalu memanggil Ayas untuk menghadapi kedua agen Pengawal. Awalnya santai lama2 mulai kurang enak. Apalagi mereka makin agresif.
Sejak itu Ayas melarang keduanya datang lagi untuk menemui sang nenek. "Nenek itu Islam tulen, hajah, janganlah diajak murtad," Ayas berpesan.
Namun, bukan agen Pengawal kalau tidak ndableg! Mereka masih sering mampir menemui nenek. Bagi majalah Sedarlah! Tapi nenek tidak pernah baca.
"Kamu aja yang baca," katanya.
Ayas pun kumpulkan majalah2 Pengawal lalu dikilokan bersama koran bekas.