Kamis, 05 Juni 2025

Lapak Menara Pengawal di Dekat RSUD dr Soetomo Surabaya

Hampir saban hari bapak ini buka lapak di depan RSUD dr Soetomo Surabaya. Jualannya beda dengan lapak2 Madura di dekatnya.

Kalau Madura jualan sate, gorengan, pisang rebus, tela rebus, aneka minuman, bapak ini pajang buku2 Menara Pengawal. Ada brosur rohani, traktat khas Watch Tower.

Bapa Pengawal itu memang Saksi Yehuwa. Sudah lama sekali dia jualan firman di situ. Hampir tidak ada yang mampir karena alergi kristenisasi. Tapi Bapa Pengawal itu tetap tersenyum dan terus buka lapak.

Siang tadi Ayas mampir rehat setelah gowes jarak jauh. Bapa Pengawal menyapa. Basa-basi. "Anda dari NTT ya?"

Betul. Lalu Bapa Pengawal mulai masuk pelan2 bahas firman ala Saksi Yehuwa. "Saya sudah tahu," Ayas mencoba memotong perkataannya.

Tahu dari mana?

"Saksi Yehuwa kan terkenal. Semua orang Kristen pasti paham lah. Menara Pengawal. Watch Tower. Sedarlah!" Ayas ngomong seenaknya aja kayak paham Jehovah Witnesses.

Bapa Pengawal makin senang kelihatannya karena rada nyambung. Tapi Ayas tidak mau masuk dalam jebakan agen Pengawal. Ayas pun kabur ke arah Stasiun Gubeng dan seterusnya.

Ayas sudah tidak asing dengan agen2 Pengawal. Sudah lama sekali di Ngagel Jaya Selatan. Ada dua Saksi Yehuwa sangat rajin menemui seorang nenek pelukis yang sudah naik haji dan fanatik.

Nenek itu tidak paham gaya dan arah percakapan kedua agen Pengawal. Dia pikir orang Pentakosta atau Protestan atau Katolik yang melakukan penginjilan dari rumah ke rumah.

Beda banget, Nek! Saksi Yehuwa ini kelihatan sangat kristiani tapi bukan Kristen, bukan Katolik. Dulu dilarang karena dianggap aliran sesat!

Sejak itu Nenek Siti selalu memanggil Ayas untuk menghadapi kedua agen Pengawal. Awalnya santai lama2 mulai kurang enak. Apalagi mereka makin agresif.

Sejak itu Ayas melarang keduanya datang lagi untuk menemui sang nenek. "Nenek itu Islam tulen, hajah, janganlah diajak murtad," Ayas berpesan.

Namun, bukan agen Pengawal kalau tidak ndableg! Mereka masih sering mampir menemui nenek. Bagi majalah Sedarlah! Tapi nenek tidak pernah baca.

"Kamu aja yang baca," katanya. 

Ayas pun kumpulkan majalah2 Pengawal lalu dikilokan bersama koran bekas.

Mampir ke Gereja Ortodoks Rusia di Surabaya malah Dikejar Satpam Perumahan




Ayas ketinggalan informasi. Ternyata di Surabaya sudah lama berdiri Gereja Ortodoks Rusia. Tempat ibadah di Perumahan Araya dekat MERR. Tidak jauh dari GKI dan GKT.

Tidak banyak yang paham gereja ortodoks. Orang Indonesia hanya paham Katolik dan Protestan serta denom-denomnya yang banyak seperti Pentakosta, Karismatik, Advent, Baptis, Bala Keselamatan, hingga aliran pendatang baru macam Saksi Yehuwa dan Mormon.

Jangankan satpam-satpam yang muslim, orang Katolik di Gereja Stasi Yosafat pun tidak tahu ada Gereja Ortodoks Rusia. Padahal jaraknya dengan gereja katolik sangat dekat. Satu kelurahan.

"Anda mau ke mana? Tujuan apa?"

"Mau ke Gereja Ortodoks Rusia. Ini alamatnya!" Ayas menunjuk alamat gereja kuno tersebut di ponsel.

"Itu di pojok," kata satpam logat Madura.

Ternyata gereja megah di pojok itu GKT. Gereja Kristen Tionghoa atawa Gereja Kristus Tuhan. 

Satpam gereja menunjuk gereja lain di sebelah. Sekitar 100 meter. Ternyata GKI Araya. Satpam GKI pun tak tahu ada Gereja Ortodoks Rusia.

Ayas gowes pelan. Tiba-tiba dikejar satpam perumahan. Curiga. Ada keperluan apa? Mau cari siapa?

Gereja Ortodoks Rusia, Pak! Ayas tunjukkan alamat lengkap di ponsel. Rupanya satpam pun tidak paham ada gereja yang tidak lazim di perumahan yang dijaganya.

Syukur kepada Allah!

 Akhirnya ketemu rumah biasa di Blok F5 Nomor 2. Ada tulisan kecil "St. Iona Manchuria". Tidak salah lagi. Itulah nama pelindung Gereja Ortodoks Rusia di Surabaya. 

Seperti Gereja Katolik, gereja-gereja ortodoks punya santo atau orang kudus sebagai pelindung. Ada juga ikon-ikon Bunda Maria, Yesus Kristus, dan santo santa yang khas ortodoks.

Pagi tadi Ayas sempat ngobrol dengan Romo Kirill Juna Siswaja secara daring. Beliau Rektor Paroki St. Iona Surabaya. Ayas ingin wawancara langsung sekaligus melihat dan mengalami liturgi khas Ortodoks Siria. Liturgi yang detail dan mistis. Pasti lebih panjang durasinya ketimbang misa atau ekaristi di Katolik Roma.

 "Tiap hari selasa rabu jumat ada ibadah pagi semacam misa harian," kata Romo Kirill.

Pater yang namanya sama dengan Patriark Kirill di Rusia ini juga menyebut rencana Liturgi Ilahi (semacam misa) Hari Raya Pentakosta, Minggu 8 Juni. Misa hari raya penting ini berlangsung sangat lama dibandingkan ibadah protestan atau katolik.

"Jadi, saya pikir Mas Lambertus tidak harus datang awal, bisa datang mulai jam 10 atau lebih kalau kuatir kecapekan karena ibadah kami memang ibadah2 kuno yg cukup lama, apalagi pada pesta2 besar seperti Pesta Pentakosta ini," tulis Romo Kirill.

Matur nuwun, Romo Ortodoks Rusia! Baru kenalan secara daring tapi langsung akrab. Malah Ayas diundang untuk mengikuti Liturgi Ilahi Hari Pentakosta. Jarang ada Romo-Romo Roma (Katolik) yang mau bagi waktu dan mengajak orang biasa seperti Ayas dengan respek.

Kembali ke satpam perumahan. Dia terus mengawal Ayas di depan rumah yang jadi Gereja Ortodoks Rusia. Tertutup rapat. Tak ada pengurus, penjaga, atau satpam layaknya di gereja-gereja lain yang sudah mapan.

Ayas tadinya mengira Romo Kirill tinggal di rumah alias gereja itu. Setidaknya ada pengurus atau jemaat biasa yang bertugas atau berjaga di situ. Ternyata tidak ada.

Ayas pun memotret sejenak lalu balik kanan. "Lain kali tidak boleh masuk lewat belakang ya? Saya cuma melaksanakan aturan dari komandan saya!" nasihat satpam.

"Siaaap! Mohon maaf, Pak!"