Pagi ini AF pamit mundur lewat grup wasap. Resign, istilah kerennya. Masa kerjanya 10 tahun. Cukup lama.
"Hari ini saya mohon pamit. Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan selama 10 tahun saya bekerja," tulis karyawan cerdas itu.
Saya pun dipamiti secara khusus. Dia anggap saya (salah satu) gurunya. "Good luck! Semoga happy dan sukses di tempat baru," doa saya.
AF ini contoh murid cerdas. Sangat lekas belajar dan kreatif. Karena itu, dia malah jadi lebih cerdas ketimbang gurunya. Apalagi di usia yang relatif muda, dia lebih mampu menyesuaikan diri dengan dunia digital, media sosial, algoritma google dsb.
Tidak banyak orang yang mampu menulis konten informasi atau berita yang dapat PV tinggi. Konten yang dibuat AF selalu di atas 10 ribu atau 20 ribu PV. Beda dengan saya yang sulit tembus 2000.
AF lulusan universitas negeri ternama di Surabaya. Jurusan bahasa Inggris. Karena itu, bahasa Inggrisnya jauh lebih baik ketimbang karyawan-karyawan lain. Kalau ada masalah tata bahasa, disksi, penulisan, AF yang kasih masukan dan koreksi.
Dulu saya ikut wawancara AF saat melamar jadi karyawan baru. Langsung lolos karena memang cerdas. Apalagi rekam jejak ayahnya juga memang kawakan.
Mengapa jadi karyawan? Kamu lebih cocok jadi dosen? Sebaiknya lanjut studi sampai doktoral. Lebih bagus lagi kuliah di luar negeri.
AF memang punya keinginan seperti itu. Tapi rupanya dia kasih kesempatan adiknya yang laki-laki kuliah sampai S-3 dulu. Dia akan menyusul kalau ada peluang.. dan dana. Kalau tidak salah dia ingin kuliah di Australia.
Rupanya AF asyik bekerja keras (dan cerdas) di bidang yang sama dengan almarhum ayahnya. Begitu cepat perkembangannya. Para senior, guru, mentor, pun ketinggalan.
Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat muridnya lebih pandai ketimbang dirinya. Bahkan, gantian si murid itu yang sekarang jadi guru untuk para senior yang dulu jadi gurunya.
Begitulah siklus kehidupan. Beberapa orang yang pernah saya mentori kemudian berhasil meraih jenjang VP, Chief sesuatu , dan malah merekrut saya. Bersyukur dan bangga, bahwa dulu kita tidak pelit dengan ilmu dan membantu orang lain mencapai cita2nya.
BalasHapus