Selasa, 16 Agustus 2022

Komedi Stamboel Baba Yap di Kampung Doro Surabaya

Masih dari Suikerstraat atawa Jalan Gula, Surabaya. Selain ada pusat penerbitan buku-buku roman Melayu Tionghoa, tempo doeloe ada markas Komedie Stamboel. Cikal bakal teater modern Indonesia itu pernah sangat terkenal di masa penjajahan Belanda.

Komedie Stamboel itu didirikan pada 1891 di Soerabaia alias Soerabaja alias Surabaja alias Surabaya.  Markasnya di Kampoeng Dorostraat 13, yang tak lain toko milik Yap Gwan Thay.  (Ada juga yang menulis Yap Gwan Thai, Yap Goan Thay, Jap Gwan Thaij, Jap Goan Thaij...  Sama saja orangnya.)

Ada pantun lama tentang Komedie Stamboel yang pernah sangat tersohor pada masa Hindia Belanda itu.

π΅π‘Žπ‘π‘Ž π‘Œπ‘Žπ‘ πΊπ‘€π‘Žπ‘› π‘‡β„Žπ‘Žπ‘¦ π‘Žπ‘šπ‘Žπ‘‘π‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘Ÿ
π΅π‘œπ‘’π‘˜π‘Ž π‘˜π‘œπ‘šπ‘’π‘‘π‘–π‘’ π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘’π‘›π‘™π‘Žβ„Ž π‘”π‘Žπ‘šπ‘π‘Žπ‘Ÿ
𝑆𝑒𝑑𝑒𝑛𝑔 π‘‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘›π‘—π‘Ž π‘ π‘Žπ‘šπ‘π‘’ π‘π‘’π‘ π‘Žπ‘Ÿ 
π‘‡π‘–π‘Žπ‘‘π‘Ž π‘˜π‘œπ‘’π‘€π‘Žπ‘‘π‘–π‘Ÿ π‘œπ‘’π‘‘π‘—π‘Žπ‘› π‘šπ‘’π‘›π‘—π‘’π‘π‘Žπ‘Ÿ 

π‘‡π‘’π‘Žπ‘› 𝐴. π‘€π‘Žβ„Žπ‘–π‘’π‘’ π‘π‘’π‘›π‘—π‘Ž π‘π‘œπ‘’π‘€π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› 
π‘†π‘Žπ‘šπ‘π‘’ π‘œπ‘Ÿπ‘Žπ‘›π‘” π‘‘π‘—π‘Žπ‘‘π‘– π‘–π‘›π‘”π‘’π‘‘π‘Žπ‘› 
π·π‘Žπ‘Ÿπ‘– π‘‘π‘—π‘’π‘Ÿπ‘‘π‘–π‘˜π‘›π‘—π‘Ž π‘ π‘œπ‘’π‘‘π‘Ž π‘˜π‘™π‘–β„Žπ‘Žπ‘‘π‘Žπ‘›
 πΏπ‘œπ‘’π‘‘π‘—π‘œπ‘’π‘›π‘—π‘Ž π‘‘π‘—π‘œπ‘’π‘”π‘Ž π‘‘π‘—π‘Žπ‘‘π‘– π‘ π‘’π‘π‘’π‘‘π‘Žπ‘›

Baba Yap Gwan Thay ini pedagang obat dan arak cina alias ciu (tjioe). Laku keras. Iklan ciu punya Baba Yap ini sering muncul di koran tempo doeloe terbitan Soerabaia dan Batavia. Alamat toko arak itu di Straat Kampoeng Doro 13. 

Arak obat khas Tiongkok itu bahkan pakai merek Yap Gwan Thay.

 "Boeat obatnja orang laki atawa prampoean toewa atawa moeda jang badannja koeroes poetjet-poetjetan koerang darah...," begitu antara lain iklan arak cina milik Baba Yap di koran tempo doeloe.

Karena duitnya banyak, senang kesenian, punya selera Eropa, Yap Gwan Thay lalu bikin kelompok kesenian yang dinamakan Komedie Stamboel itu. Pemainnya ada 16 orang. Empat di antaranya perempuan. 

Tidak disebutkan apakah para pemain komedi stambul ini doyan minum arak Djin Som Tjioe. Di buku Komedie Stamboel karya Cohen hanya disebutkan sebagian besar pemain berasal dari Krembangan. Mereka kerja serabutan, agak nakal, suka minum, dari kalangan bawah.

Latihan sekaligus pentas di bawah tenda di Kampung Doro. Kampung kecil di Suikerstraat alias Jalan Gula itu. Di buku telepon Soerabaia tahun 1937 ditulis Kampoeng Dorostraat (Suikerstraat).

 Nah, di belakang Baba Yap punya toko ada perkampungan yang masih kumuh dan berantakan. Kontras dengan toko-toko dan kantor-kantor di dekatnya macam Jalan Slompretan, Jalan Gula, Jalan Teh, Jalan Toapekong, Jalan Karet, atawa Kembang Jepun.

 Rupanya eksperimen iseng-iseng Baba Yap dengan Komedie Stamboel ini sukses besar. Masyarakat yang sumpek saat itu sangat menikmati lakon-lakon 1001 Malam, Ali Baba, dsb. Apalagi setelah Tuan A. Mahieu yang jadi sutradara Komedie Stamboel van Soerabaia. 

Arena pentas di Kampung Doro tidak lagi layak. Apalagi baba-baba Tionghoa kelas atas juga senang dengan Komedie Stamboel. Maka kelompok teater itu dikasih tempat pertunjukan di gedung bagus di Jalan Kapasan. Komedie Stamboel juga sering ditanggap ke kota-kota lain di Hindia Belanda.

The glory is over! 

Saat ini praktis tidak ada jejak Komedie Stamboel yang tersisa di Kampung Doro atau Jalan Gula, Surabaya. Bahkan tidak banyak orang Surabaya (asli) mengenal Kampung Doro. Apalagi riwayat Komedie Stamboel sebagai perintis seni pertunjukan atau teater modern di Indonesia.

Syukurlah, ada Matthew Isaac Cohen PhD, peneliti dari University of London, yang melakukan kajian mendalam tentang Komedie Stamboel di Surabaya. Cohen kemudian menerbitkan buku tebal berjudul Komedie Stamboel: Popular Theater ini Colonial Indonesia 1891-1903. 

Saat ini Kampung Doro seperti permukiman di dalam benteng. Jalan masuknya cuma satu dan sangat sempit. Hanya bisa untuk satu sepeda motor.. dan harus dituntun. 

Rumah yang tersisa tidak sampai 15 biji. Tidak ada satu pun warga kampung itu yang pernah dengar Komedie Stamboel. "Saya baru tinggal di sini tahun 1982. Gak pernah denger Komedie Stamboel," kata seorang tante di Kampung Doro. 

6 komentar:

  1. Setiap menjelang Hari Natal, engkoh saya selalu ribut dengan istrinya. Istrinya bertanya : Hari Natal yang akan datang, lu ingin hadiah apa ? Engkoh : Gua tidak perlu hadiah-hadiahan.
    Enso : gua tahu lu tidak butuh apa2, tetapi mama-gua mau kasih lu hadiah. Engkoh : bilang kepada mama lu, gua tidak mau hadiah dari nya. Enso : soalnya mama-gua ingin sesuatu yang harganya 100 DM, jadi dia mau kasih lu hadiah seharga 100 DM, dan gua akan membelikan barang yang dia inginkan. Jadi kita barter-barteran hadiah natal.
    Engkoh : macem-macem, kalau gua perlu sesuatu, gua beli sendiri, tak perlu orang lain yang menyumbang, lalu dia menuntut sumbangan yang setimpal. Budaya macem apa itu ! Kalau mau nyumbang, sumbanglah tanpa pamrih.
    Itu budaya di Jerman ! Nichts ist gratis im Leben.
    Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri, engkoh saya yang sulung di desa Kebaman, dulu sewaktu saya masih numpang di rumahnya tahun 1955 sampai 1958, selalu menyediakan hadiah2 untuk para pejabat desa dan para tetangga.
    Engkoh sulung saya dulu adalah Who is who, Crème de la crème, atau istilah sekarang, Konglomerat tingkat dusun di kelurahan-nya.
    Kalau Idul Fitri tiba, selalu sumbangan berupa makanan datang silih berganti ke rumah engkoh, dari Pak Lurah, Carik, Kamituwo, Kebayan, Kapolsek dan tetangga.
    Balasan sumbangan dari engkoh selalu berupa; sebotol Djin Som Tjioe dan sepotong kain sarung wanita.
    Djin Som Tjioe nya engkoh dan saya yang beli di Toko Lima, Kota Banyuwangi, saya dibonceng pakai sepeda motor ZΓΌndapp, jaraknya 27 Km, koq dulu rasanya sangat jauh. Kain2 sarung Enso yang beli di pasar desa Kebaman.
    Koq dulu boleh kita memberi kepada orang2 Bumiputera Blambangan yang notabene muslim soleh, minuman Tjioe ?
    Koq mereka bahkan percaya akan khasiatnya Djin Som Tjioe, apakah baba Yap tidak ngibul ?
    Seperti cerita Paulus kepada orang2 di Korinth, "Keyakinan mampu memindah bukit". Isun sih gak percoyo.
    Idee menyumbang Djin Som Tjioe datangnya dari pemilik Toko Lima, engkoh bertanya kepada dia: Idul Fitri enaknya kasih sumbangan apa kepada perangkat desa ? Nah, baba Toko Lima itu yang menganjurkan kasih Tjioe.
    Saya waktu sekolah rakyat sudah jagonya membolos, maka oleh mama, saya diasingkan ke Blambangan, dititipkan kepada engkoh gede. Mana saya berani membolos disana, dipendeliki oleh engkoh, saya sudah ke-cirit2. Sebaliknya saya pernah dua tahun jadi juara kelas. Surat penghargaan dari kepala sekolah, Bapak Wei Cheng, tertanggal ε…¬ε…ƒδΈ€δΉδΊ”δΈƒεΉ΄δΈ‰ζœˆεε…­ζ—₯,masih saya gantung di kamar kerja saya.
    Tahun 1955 sampai 1958 belum ada Kadrun, belum ada Jilbab, keturunan Arab masih sama-sama kuthuk, seperti Tionghoa. Mana kami, sebagai tamu tak diundang, baik arab ataupun cina, berani kurang ajar terhadap Bumiputera.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itoe pengalaman bagoes sekali dapet minoem arak obat dari Tiongkok boeat tambah tenaga en semangat. Kadal2 goeroen doeloe belom banjak gentajangan di Noeswantara.

      Hapus
  2. Selalu menarik betoel siansen punya cerita masa lalu di Blambangan. Kita orang tidak nyangka dulu orang2 kampung juga seneng itu arak cina buat jaga mereka punya kesehatan.

    Kalau di Pulau Lomblen dulu yg laku itu anggur kolesom untuk obat, anggur sehat wanita, anggur beranak dsb. Diminum sedikit aja katanya bisa tambah darah dan bikin sehat kuat kita punya badan. Ada gambar kakek jenggot panjang segala.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anggur kolesom, Anggur sehat wanita, Anggur beranak, dsb.
      Diminum sedikit demi sedikit, dieman-eman, untuk tambah darah. Apakah ini bukannya trick-marketing para baba, saya jadi pusing berpikir.
      Anggur adalah Tuak nya orang bule. Atau Tuak adalah Anggur nya orang Lomblen.
      Kalau Tuak diminum sedikit demi sedikit, setelah seminggu maka sisanya di botol akan berubah jadi cukak. Demikian pula halnya dengan Anggur atau Wein, lama-lama akan jadi cukak. Asam tidak layak diminum.
      Apakah minuman anggur obat yang dijual di plosok desa, sebenarnya adalah tjioe atau arak ?

      Hapus
  3. Yang disebut arak di desa2 di Lomblen, Adonara, Solor, Flores dan sekitarnya adalah minuman keras hasil penyulingan tuak atau nira siwalan, nira kelapa, atau nira palem lainnya. Kadar alkoholnya tinggi.

    Anggur atau bir pabrikan tidak disebut arak.

    Kalau bahasa Melayu lama (atau Malaysia sekarang) semua minuman beralkohol disebut arak.

    Kalau anggur kolesom atau anggur obat yg dijual di toko2 tetaplah disebut anggur. Beda lagi dengan pater2 punya anggur untuk misa kudus.

    BalasHapus
  4. Surabaya memang kota yg luar biasa pada masa Hindia Belanda. Mungkin lebih besar ketimbang Batavia.

    BalasHapus